10 Hektare Demplot Agroforestri KTH Tunas Muda di Pesawaran, dari Hutan untuk Kehidupan

10 Hektare Demplot Agroforestri KTH Tunas Muda di Pesawaran Dari Hutan untuk Kehidupan Folu net sink 2023
Tim Balai Pengelolaan Hutan Lestari (BPHL) Wilayah VI Bandar Lampung bersama tim Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, saat meninjau demplot agroforestri KTH Tunas Muda di Desa Batu Raja, Pesawaran, Kamis (22/5/2025). (Foto: Yopie Pangkey)

Di atas tanah hutan kemasyarakatan KTH Tunas Muda di Desa Batu Raja, Kabupaten Pesawaran, lima petani hutan berjalan pelan di antara deretan bibit kakao, alpukat, dan durian yang mulai tumbuh.

Di tengah sejuknya Udara dan hiasan suara burung dan siamang di kejauhan, mereka menanam lebih dari sekadar tanaman—mereka menanam harapan.

Read More

Harapan itu kini tumbuh di atas lahan seluas 10 hektare yang tersebar di lima titik, tempat berdirinya demplot agroforestry milik Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunas Muda.

Program ini bagian dari upaya FOLU Net Sink 2030, strategi nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui sektor kehutanan dan lahan.

Tanam Cita-Cita, Panen Harapan

Kepala Balai Pengelolaan Hutan Lestari (BPHL) Wilayah VI Bandar Lampung, Tuti Alawiyah Lubis, yang turun langsung meninjau perkembangan tanaman bersama petani, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini diawali dari keterlibatan aktif masyarakat.

“Kami memulainya dari tahapan pra-kondisi, masyarakat yang memilih sendiri jenis tanamannya. Karena kami yakin, kalau dari mereka sendiri, mereka akan memelihara dengan semangat,” ujar Tuti.

Kini, demplot seluas 10 hektare itu telah ditanami sekitar 4.000 batang tanaman yang terdiri dari kakao, alpukat, dan durian, diselingi tanaman cabai.

Bibit-bibit tersebut diterima dan ditanam pada Februari hingga Maret lalu, bertepatan dengan curah hujan yang masih tinggi.

“Program ini tidak hanya memberi nilai ekonomi ke depan, tapi juga bentuk nyata mitigasi emisi gas rumah kaca. Ini bagian dari komitmen global kita, dan masyarakatlah aktor utamanya,” tambahnya.

Keterbatasan Anggaran Tak Menyurutkan Langkah

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, mengakui bahwa pihaknya menghadapi tantangan besar dalam pendanaan. Namun, keterbatasan anggaran tidak membuat langkah mereka terhenti.

“Kami tidak berhenti hanya karena anggaran terbatas. Kami terus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan NGO, pihak swasta, BPHL serta instansi lain, untuk mendukung program-program seperti ini,” tegasnya.

Yanyan juga menekankan pentingnya menanam dengan cita-cita. Menurutnya, setiap batang pohon yang ditanam memiliki potensi hasil ekonomi dan sekaligus pahala jariyah karena memberi manfaat bagi lingkungan sekitar.

“Tanam pohon ini dengan cita-cita. Rawat hingga panen. Hasilnya akan kembali ke bapak-bapak juga. Tapi lebih dari itu, oksigen, air, dan kesejukan yang dihasilkan akan dinikmati oleh banyak orang. Itu amal jariyah kita semua.”

Ia berharap, dua tahun lagi, para petani sudah bisa memetik hasil dari kebun agroforestry ini.

Petani Bicara: Tak Ada Kendala, Hanya Kemauan

Ketua KTH Tunas Muda Desa Batu Raja Leonardo di demplot agroforestri yang dikelolanya
Ketua KTH Tunas Muda Desa, Leonardo, di demplot agroforestri yang dikelolanya. (Foto: Yopie Pangkey)

Ketua KTH Tunas Muda, Leonardo, mengaku bersyukur atas dukungan pemerintah yang telah hadir secara konkret di lapangan.

“Alhamdulillah, sejak penanaman tidak ada kendala berarti. Cuaca mendukung, bibit bagus, dan kami lima orang penggarap menjalankan ini dengan serius,” katanya.

Menurutnya, penambahan tanaman sela berupa cabai juga sangat membantu memberikan penghasilan jangka pendek sambil menunggu pohon utama tumbuh besar.

Baca juga:
* KTH Tunas Muda Wujudkan Demplot Agroforestri, Bangkitkan Ekonomi Petani Hutan Batu Raja Punduh Pidada

Langkah Kecil Menuju Perubahan Besar

Program FOLU (Forestry and Other Land Use) Net Sink 2030 adalah komitmen Indonesia agar sektor kehutanan mampu menyerap lebih banyak emisi daripada yang dilepaskan.

Di tengah keterbatasan anggaran dan tantangan teknis di lapangan, para petani hutan bersama dinas terkait membuktikan bahwa kerja kolaboratif tetap bisa menghasilkan capaian nyata.

Apa yang tumbuh di Batu Raja, Pesawaran, bukan sekadar batang tanaman, tapi lambang dari ketahanan, kerja keras, dan masa depan yang lebih hijau—baik untuk ekonomi rakyat maupun untuk kelestarian bumi.

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *