Kabupaten Jember yang perekonomiannya sangat bergantung pada sektor pertanian menyumbang 25,71% terhadap PDRB—kini menghadapi ancaman serius.
Jika budidaya dan pengolahan edamame terus menurun, dampaknya bisa sangat besar bagi ribuan keluarga petani yang menggantungkan hidup dari komoditas ini.
Edamame: Lebih dari Sekadar Kacang Hijau
Bagi banyak petani di Jember, edamame bukan cuma tanaman biasa. Ini adalah sumber penghidupan yang mengubah nasib mereka. Ambil contoh Pak Mualim, petani berusia 41 tahun yang mengelola lahan seluas 3,9 hektare.
Dalam sekali panen, ia bisa membawa pulang untung hingga Rp 36 juta. Rata-rata penghasilannya mencapai Rp 6 juta per bulan angka yang jauh di atas UMR Jember.
Cerita sukses serupa juga dialami Danu Wijaya, pemuda 22 tahun yang membuktikan bahwa bertani edamame itu menjanjikan. Tahun 2023 lalu, ia berhasil meraup pendapatan Rp 85 juta dari budidaya komoditas ini.
Penyerap Tenaga Kerja yang Masif
Dampak ekonomi edamame tidak berhenti di petani saja. Perusahaan seperti PT GMIT mempekerjakan 539 karyawan tetap dan membuka peluang kerja bagi lebih dari 5.000 orang di berbagai tahap produksi.
Setiap petani mitra memerlukan sekitar 100 buruh tani mulai dari menanam, merawat, hingga memanen. Bayangkan berapa banyak keluarga yang tertolong dari satu komoditas ini saja.
Peluang Ekspor yang Terbuang Sia-sia
Yang lebih mengkhawatirkan, produksi edamame Jember baru mencapai 7.800 ton per tahun. Padahal, pasar Jepang saja membutuhkan 75.000 ton setiap tahunnya.
Ini belum termasuk permintaan dari India, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Eropa yang mulai melirik edamame sebagai makanan sehat.
Kalau produksi terus menyusut, bukan cuma petani lokal yang rugi negara juga kehilangan pemasukan devisa yang cukup signifikan. Peluang emas untuk mengisi pasar internasional akan terlewat begitu saja.
Baca juga:
* Ekspor Edamame Indonesia di Tengah Gejolak Global – Peluang dan Strategi
Apa Jadinya Jember Tanpa Edamame?
Kehilangan edamame bukan soal hilangnya satu jenis tanaman. Ini tentang hilangnya mata pencaharian ribuan keluarga petani, tutupnya lapangan kerja bagi buruh tani, dan lesunya perekonomian pedesaan. Edamame sudah menjadi tulang punggung ekonomi lokal yang tidak bisa diabaikan.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global seperti sekarang, Jember justru perlu memperkuat sektor unggulan seperti edamame. Bukan malah membiarkannya menyusut dan mengancam kesejahteraan masyarakat.
*Mahendra Utama, Pemerhati Ekonomi
#Edamame #PertanianJember #EkonomiLokal #EksporHortikultura #PetaniSejahtera



