Mesin pengering gabah dan penepung mocaf hadirkan harapan baru dari desa
Saat gabah milik petani mulai menguning di ladang, harapan juga tumbuh bersamanya. Tak lagi mengandalkan terik matahari atau mengadu nasib ke tengkulak, petani kini bisa tersenyum lega.
Dalam 100 hari kerja Gubernur Rahmat Mirzani Djausal dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela, pemerintah membuktikan komitmen mereka dengan menghadirkan solusi nyata untuk pascapanen.
24 Mesin Pengering untuk Petani di 10 Kabupaten/Kota
Sebanyak 24 unit mesin pengering gabah multifungsi telah disalurkan ke kelompok tani dan BUMDes yang tersebar di 10 kabupaten/kota.
Mesin ini tak hanya dapat mengeringkan padi, tetapi juga jagung, cokelat, kelapa, dan singkong—komoditas utama pertanian Lampung.
Dengan kapasitas 20 ton per unit, total pengeringan harian dari seluruh mesin bisa mencapai 480 ton gabah kering panen. Setiap mesin dapat mengeringkan hasil dari lahan seluas 2–3 hektare.
Hal ini membuka peluang bagi petani untuk menjual hasil panen dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG), yang bernilai jual lebih tinggi dibandingkan Gabah Kering Panen (GKP).
Efisiensi dan Nilai Tambah untuk Petani

Pemanfaatan mesin pengering ini terbukti mampu memangkas waktu dan meningkatkan kualitas hasil panen.
Jika sebelumnya proses pengeringan membutuhkan waktu 24–36 jam, kini hanya memakan waktu 12–16 jam.
Dengan menjual dalam bentuk GKG, petani memperoleh tambahan pendapatan sekitar Rp550 per kilogram.
“Dengan alat ini, petani bisa menyimpan gabah lebih lama, menjualnya dalam bentuk Gabah Kering Giling, dan memperoleh harga jual yang lebih tinggi,” ujar Gubernur Mirza, Kamis (22/5/2025) lalu.
“Petani kini bisa meraup tambahan pendapatan hingga Rp550 per kilogram dengan menjual GKG dibandingkan GKP,” tambahnya.
Lampung Produksi Singkong Terbesar Nasional, Mocaf Jadi Solusi
Tak hanya padi, Lampung juga menaruh perhatian serius pada komoditas singkong.
Dengan produksi mencapai 7 juta ton, Lampung adalah provinsi penghasil singkong terbesar nasional. Namun selama ini, nilai tambahnya belum optimal.
Pemerintah Provinsi telah menyalurkan 4 unit mesin penepung singkong menjadi mocaf (Modified Cassava Flour) ke Lampung Tengah, Lampung Timur, Way Kanan, dan Lampung Utara.
Mesin ini menjadi solusi konkret meningkatkan nilai jual singkong dan membuka peluang ekonomi baru bagi petani.
“Selain bernilai ekonomi, tepung mocaf juga menawarkan alternatif pangan yang lebih sehat dan bisa menggantikan tepung terigu. Ini menjadi alternatif pengolahan hasil panen singkong petani,” kata Mirza.
“Dengan infrastruktur mesin modern, Lampung siap menjadi pusat pertanian maju yang tidak hanya produktif tetapi juga memberikan nilai tambah tinggi bagi petani lokal,” tutup Gubernur Mirza.
Margin Keuntungan Lebih Tinggi, Produk Lebih Bernilai
Mocaf memiliki margin keuntungan yang tinggi, yaitu sebesar 67,2 persen. Petani juga mendapatkan selisih harga jual mencapai Rp6.394 per kilogram dibandingkan jika menjual singkong segar.
Ini berarti petani tak lagi hanya menjual bahan mentah, tapi mampu menghasilkan produk olahan yang lebih kompetitif.
Dengan hilirisasi ini, petani Lampung tidak hanya lebih mandiri dalam mengelola hasil panen, tetapi juga ikut serta dalam mata rantai industri pangan lokal yang berkelanjutan.
“Ini bukan hanya soal alat pascapanen-tapi langkah awal menuju industrialisasi pertanian. Kalau petani bisa mengeringkan sendiri hasil panennya, mereka tidak lagi bergantung pada tengkulak,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Evie Fatmawaty.
“Inilah semangat hilirisasi: menaikkan nilai tambah di tangan petani sendiri,” kata Evie.
Baca juga:
* Panen Naik Drastis, Lampung Proyeksikan 3,5 Juta Ton Padi – Tapi Minim Dryer dan Gudang
Komitmen Pemprov Lampung di Usia 100 Hari
Selama 100 hari pertama masa pemerintahan Mirza–Jihan, inisiatif penguatan sektor pascapanen ini menjadi tonggak awal pembangunan pertanian berbasis nilai tambah.
Pemerintah Provinsi Lampung tidak hanya menyediakan alat, tetapi juga membangun sistem yang memungkinkan petani untuk naik kelas.
Langkah ini menjadi bagian dari transformasi pertanian modern—dari ladang ke mesin, dari hasil panen ke produk bernilai, dari ketergantungan menjadi kemandirian.