Di apron Bandara Soekarno-Hatta, Kamis siang, 24 April 2025, satu unit pesawat Airbus A320 dengan registrasi PK-PWN resmi memperkuat armada Pelita Air. Maskapai yang dulu lebih dikenal sebagai operator penerbangan carter ini, perlahan-lahan mengukuhkan diri sebagai pemain serius dalam layanan penerbangan reguler domestik.
Pesawat tersebut menjadi armada ke-13 Pelita Air yang digunakan untuk mengangkut penumpang rute-rute komersial.
Direktur Utama Pelita Air, Dendy Kurniawan, menyebut penambahan ini sebagai langkah konkret memperkuat konektivitas antardaerah di Indonesia.
Menegaskan, tidak ingin sekadar menjadi maskapai pelengkap, tapi benar-benar hadir sebagai penyedia layanan yang dapat diandalkan masyarakat.
Maskapai ini menargetkan kedatangan armada ke-14 pada Juni, serta dua armada tambahan pada awal Desember mendatang.
Seluruhnya merupakan Airbus A320, tipe pesawat narrow-body yang dikenal efisien di rute jarak pendek dan menengah — cocok untuk menjangkau kota-kota sekunder dan destinasi pariwisata yang sedang tumbuh.
Menembus Kerumunan
Pasar penerbangan domestik memang mulai padat. Dalam tiga tahun terakhir, maskapai seperti Lion Air, Citilink, hingga Super Air Jet terus menambah kapasitas. Namun Pelita Air tetap percaya diri.
Menurut Dendy, ruang untuk bertumbuh masih terbuka lebar, terutama di segmen pelayanan dengan standar keselamatan dan ketepatan waktu yang lebih tinggi.
“Kami menekankan On-Time Performance dan kualitas layanan. Ini jadi diferensiasi kami,” katanya.
Sepanjang 2024, Pelita Air mencatat rata-rata OTP di atas 85 persen — angka yang cukup tinggi di tengah cuaca dan operasional bandara yang sering tidak menentu.
Langkah ekspansi armada ini juga mendapat dukungan penuh dari induk usaha, PT Pertamina (Persero). Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan penguatan Pelita Air merupakan bagian dari strategi Pertamina mendorong pemerataan pembangunan.
“Mobilitas yang efisien, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing dan produktivitas nasional,” ujar Fadjar.
Dari Charter ke Reguler
Pelita Air Service, nama lengkap maskapai ini, sebenarnya bukan pemain baru. Didirikan pada 1970-an, Pelita Air lama dikenal sebagai operator penerbangan charter untuk industri migas. Baru pada 2022, mereka kembali merambah pasar penerbangan penumpang reguler setelah vakum belasan tahun.
Kebangkitan Pelita Air ditopang modal dan ekosistem Pertamina. Selain sokongan keuangan, keunggulan logistik dan pengalaman operasional menjadi nilai tambah.
Di tahun pertamanya, Pelita Air memulai dengan rute-rute padat seperti Jakarta-Bali dan Jakarta-Yogyakarta, sebelum kemudian berekspansi ke kota-kota lainnya.
Kini, perusahaan menargetkan penguatan rute ke luar Jawa dan destinasi wisata prioritas. Agar lalu lintas udara tidak hanya terpusat di kota besar.
Baca juga:
* AirAsia Buka Rute Langsung Phuket–Medan, Konektivitas Wisata dan Ekonomi Antarnegara Makin Menguat
Misi Jangka Panjang
Seiring bertambahnya armada Airbus A320, Pelita Air juga membenahi infrastruktur layanan, dari digitalisasi sistem reservasi hingga pelatihan kru kabin. Mereka juga menjajaki kerja sama codeshare dengan maskapai besar dan operator wisata daerah.
Namun tantangan tetap ada. Margin bisnis penerbangan terkenal tipis, dan biaya operasional terus naik, terutama avtur. Untuk itu, keberpihakan pada efisiensi menjadi kunci.
Di tengah geliat maskapai lama dan munculnya pemain baru, Pelita Air perlahan menapaki jalur sendiri. Misinya bukan sekadar membawa penumpang dari satu kota ke kota lain, tapi membuka akses dan peluang bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari udara.