Di tengah keramaian isu pangan nasional—soal beras, pupuk, dan ketahanan strategis—sebuah kisah datang dari ladang yang sunyi: edamame.
Komoditas ini bukan hanya dikenal dalam kuliner Jepang, tapi juga tengah membuka jalan baru bagi ekspor hortikultura Indonesia.
Di balik kisah itu, ada satu anak perusahaan PTPN Group yang bekerja dalam diam namun konsisten: PT Mitratani Dua Tujuh.
Sejak awal berdirinya 1995 dan kini menjadi bagian dari PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I), Mitratani telah menjadi tulang punggung ekspor edamame Indonesia.
Tiap tahun, ribuan ton edamame beku dan segar dikirim ke Jepang, Korea, Timur Tengah, dan Eropa. Tapi semua ini bukan sekadar angka ekspor. Ini adalah hasil dari transformasi besar yang sedang dijalankan PTPN Group di bawah kepemimpinan Muhammad Abdul Ghani.
Kepemimpinan Strategis dari Perkebunan
Satu hal yang layak diapresiasi dari Muhammad Abdul Ghani adalah cara pandangnya yang jauh ke depan. Sebagai Direktur Utama Holding PTPN Group, ia tidak hanya membenahi persoalan klasik di sektor perkebunan—seperti sawit dan karet—tetapi juga mendorong diversifikasi ke arah yang lebih presisi: pangan strategis dan ekspor hortikultura bernilai tinggi.
PT Mitratani Dua Tujuh adalah contoh nyata dari keberanian itu. Di bawah naungan PTPN I dan koordinasi holding, kami tidak hanya diberikan ruang untuk bertumbuh, tapi juga didorong masuk ke standar internasional, dengan investasi di sisi mutu, teknologi pascapanen, dan sistem kemitraan petani yang berkelanjutan.
Sejalan dengan Arah Kepemimpinan Nasional
Apa yang dilakukan oleh Mitratani bersama PTPN Group sejalan langsung dengan arah pembangunan nasional. Presiden ke 7 Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menegaskan pentingnya hilirisasi pertanian, kemandirian pangan, dan peningkatan ekspor nonmigas.
Edamame menjawab ketiganya: ia adalah hasil pertanian bernilai tinggi, berbasis kemitraan petani, dan ditujukan langsung ke pasar global.
Saat ini, Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan komitmennya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi berbasis pangan.
Edamame dan produk hortikultura ekspor seperti yang dikelola Mitratani bisa menjadi pilar penting dari misi itu, karena terbukti menghasilkan nilai tambah sekaligus membuka lapangan kerja produktif di daerah.
Ekspor yang Adil dan Merata
Kisah edamame bukan hanya soal bisnis. Ia adalah tentang bagaimana petani bisa naik kelas. Dalam sistem kami, petani tidak menjadi buruh dari sistem, tetapi mitra dalam rantai nilai global. Mereka menerima pelatihan, jaminan harga, dan pendampingan dari hulu ke hilir.
Semua ini hanya mungkin terjadi dalam kerangka BUMN yang berpikir jangka panjang. Inilah peran sejati PTPN Group sebagai katalis pembangunan daerah, bukan sekadar korporasi pencetak laba.
Pangan Adalah Politik dan Martabat
Dalam dunia yang kian terhubung, pangan bukan sekadar soal perut. Ia adalah politik luar negeri, diplomasi dagang, dan martabat bangsa. Ketika produk Indonesia mampu bersaing di supermarket Tokyo dan Dubai, itu artinya bukan hanya produk yang menang—tetapi juga sistem dan manusianya.
Di sinilah kerja senyap seperti yang dilakukan Mitratani menjadi sangat penting. Karena kedaulatan pangan tidak akan lahir dari retorika, tetapi dari kerja-kerja kecil yang konsisten dan bertumpu pada kekuatan lokal.
Dari Ladang ke Arah Besar Bangsa
Kami percaya, edamame hanyalah awal. Indonesia bisa memiliki banyak produk unggulan berbasis lahan dan kerja petani, selama ada sinergi antara negara, BUMN, dan masyarakat. PTPN Group di bawah arahan Muhammad Abdul Ghani telah membuka jalan. Tinggal bagaimana kita bersama-sama mempercepat langkah.
“Dari ladang edamame, kami belajar bahwa jalan ke arah besar bangsa bisa dimulai dari satu benih kecil yang dirawat dengan kesungguhan.”
Baca juga:
* Ekspor Edamame Indonesia di Tengah Gejolak Global – Peluang dan Strategi
Penutup
Edamame mungkin komoditas sunyi. Tapi dari sunyinya, ia menyimpan pesan kuat: bahwa pembangunan pangan dan ekspor bukan monopoli sektor besar. Dengan kerja kolaboratif, visi jangka panjang, dan kepemimpinan yang solid—komoditas sekecil apapun bisa menerobos dunia.
Mahendra Utama
Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh