Java Coffee Harapan Dataran Tinggi Ijen-Raung

Java Coffee Harapan Dataran Tinggi Ijen-Raung
Penikmat Kopi Ijen, Mahendra Utama. (Foto arsip pribadi)

Oleh: Mahendra Utama — Penikmat Kopi Ijen

Di dataran tinggi yang diselimuti kabut tipis antara Ijen–Raung, kopi tidak sekadar komoditas: ia adalah identitas, cerita, dan nafkah ribuan keluarga.

Read More

Memasuki 2025, harapan atas panen yang lebih stabil dan harga yang menggiurkan di pasar global bertemu langsung dengan tantangan klasik—iklim yang berubah, regenerasi petani yang tersendat, hingga disiplin mutu yang tak boleh kendor.

Momentum ini mahal: bila dikelola cermat, “Java Ijen–Raung” akan semakin tegak sebagai nama besar kopi Indonesia; jika alpa, ia hanya jadi penonton di pasar yang kian kompetitif.

Jejak sejarah: dari Blawan ke dunia

Jejak kopi Ijen dapat ditarik ke akhir abad ke-19 ketika pemerintah kolonial membuka perkebunan-perkebunan di plato Ijen: Blawan, Kalisat-Jampit, Kalimas, dan Pancur Angkrek.

Sistem budidaya dan pascapanen yang rapi sejak masa itu melahirkan reputasi “Java Coffee” yang harum di pasar Eropa. Setelah nasionalisasi, kebun-kebun strategis ini dikelola PTPN XII dan menjadi jangkar mutu sekaligus sekolah lapang bagi petani di sekitarnya.

Tradisi panjang inilah yang menjelaskan mengapa kopi Ijen punya profil rasa yang konsisten—dengan keasaman bersih, body menengah, dan aftertaste manis—serta daya saing yang bertahan lintas generasi.

Legitimasi asal-usul: Indikasi Geografis

Penguatan reputasi Ijen bukan hanya cerita lisan. “Kopi Arabika Java Ijen-Raung” telah terdaftar sebagai Indikasi Geografis (IG) dengan nomor IG.00.2013.000001, menempatkannya di antara kopi IG bergengsi nasional.

Kerangka IG memberi pagar mutu: dari ketinggian tanam, varietas, hingga praktik panen dan proses. Ini bukan formalitas; IG adalah paspor yang membuka akses pasar dan menambah nilai jual di cangkir.

Denyut produksi: Bondowoso–Jatim sebagai poros

Di Jawa Timur, Bondowoso kerap disebut “Republik Kopi” karena perannya sebagai penghasil utama arabika Ijen–Raung.

Data resmi BPS menunjukkan Jawa Timur adalah salah satu motor produksi kopi nasional, sementara tabel BPS Jatim merinci kontribusi per kabupaten untuk 2021–2022—Bondowoso konsisten sebagai lumbung arabika.

Di lapangan, sejak program IG dan penguatan kelembagaan petani, makin banyak kelompok yang memproses sendiri (wash, honey, natural) alih-alih menjual gelondongan, sehingga nilai tambah tinggal di desa.

2025: cuaca, harga, dan jendela peluang

Selepas El Niño 2023, prospek iklim 2025 relatif lebih ramah: BMKG memproyeksikan dominasi La Niña lemah hingga netral pada awal tahun dan puncak kemarau sekitar Juli–Agustus.

Artinya, risiko cekaman kekeringan ekstrem sedikit mereda, tetapi manajemen air, naungan, dan hama-penyakit tetap krusial. Di sisi harga, pasar kopi dunia sepanjang 2024–2025 bergejolak; arabika sempat menyentuh rekor, robusta melambung akibat cuaca di Vietnam–Indonesia, lalu terkoreksi—volatilitas yang, bila diantisipasi, justru bisa memperbaiki posisi tawar petani.

Tiga pekerjaan rumah di lereng Ijen

1) Disiplin mutu dari kebun ke cangkir.

IG menuntut praktik budidaya dan proses yang seragam. Pengaturan panen merah, sortasi ketat, fermentasi terukur, serta pengeringan higienis adalah “harga tiket” ke pasar spesialti. Perluasan sekolah lapang berbasis standar IG dan laboratorium cup-testing desa akan menjaga profil rasa “Java Ijen–Raung” di atas rerata.

2) Air, naungan, dan iklim mikro.

Meski outlook 2025 tidak seekstrem 2023, pola kemarau yang kian tak menentu menuntut konservasi air (embung mikro, mulsa organik), rehabilitasi naungan, dan pemantauan hama/penyakit pascahujan (jamur, PBKo). Petani perlu rujukan kalender iklim BMKG untuk menjadwalkan pemupukan, panen, dan proses agar tidak “bertabrakan” dengan cuaca.

3) Skala ekonomi dan pemasaran.

Kekuatan Ijen ada pada konsistensi; kelemahannya sering di skala. Konsolidasi melalui koperasi/klaster IG, kontrak kemitraan yang adil, serta akses pembiayaan pascapanen (modal kerja green bean) akan memangkas biaya, meratakan mutu, dan memperkuat posisi tawar di hadapan roaster global. Penguatan branding IG—di pameran, e-commerce B2B, hingga wisata kopi Ijen—perlu dilanjutkan agar cerita “Java Ijen–Raung” tetap hidup dan relevan.

Strategi praktis 2025

  • Kalender panen berbasis iklim. Gunakan informasi musim BMKG untuk menyusun harvest plan dan jadwal proses; siapkan terpal tambahan serta paranet untuk pengeringan aman saat puncak hujan atau panas.
  • Standar IG = SOP harian. Terapkan buku persyaratan IG sebagai SOP kebun–proses—dari picking, float test, fermentasi, pencucian, hingga storage—dan audit internal rutin di tingkat kelompok.
  • Diversifikasi proses & traceability. Pertahankan washed khas Ijen untuk konsistensi; tambah honey/natural terkontrol untuk variasi portofolio. Lengkapi dengan lot code dan catatan farm to cup.
  • Kemitraan mutu PTPN XII – petani. Skema buying station dan shared facility (huller, grading, drying house) akan mempercepat pemerataan kualitas dan volume yang siap ekspor.
  • Wisata kopi Ijen. Kaitkan coffee trail dengan magnet wisata kawah Ijen untuk menambah pendapatan non-panen dan memperkuat cerita merek.

Menutup cangkir: menjaga nama “Java Ijen–Raung”

Nama besar tidak memanen dirinya sendiri. 2025 adalah ujian kedewasaan bagi ekosistem kopi Ijen: berani memegang standar, lincah membaca cuaca, dan cerdas menangkap peluang pasar.

Bila tiga hal itu dirawat, setiap cangkir Java Ijen–Raung akan terus membawa harum kabut pagi, ketelitian para pemetik, dan kebanggaan dari lereng-lereng yang menatap biru kawah Ijen.

*Mahendra Utama, Penikmat Kopi Ijen
*Disclaimer: Ini semata pandangan penulis.

Baca juga:
* Menyelamatkan Warisan Tembakau Jember

Sumber data:

  • Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) – Listing Indikasi Geografis: Kopi Arabika Java Ijen–Raung (IG.00.2013.000001).
  • Badan Pusat Statistik (BPS) – Statistik Kopi Indonesia 2023 (rilis 29 November 2024).
  • BPS Provinsi Jawa Timur – Produksi/Luas Areal Kopi menurut Kabupaten/Kota, 2021–2022.
  • BMKG – Climate Outlook 2025 (12 Desember 2024) & Prediksi Musim Kemarau 2025 (pembaruan Mei 2025).
  • Jelajah Kompas – Sejarah pembukaan perkebunan di plato Ijen (Blawan, Kalisat-Jampit, Kalimas, Pancur Angkrek).
  • PTPN XII & kajian akademik – Peran kebun Blawan–Kalisat-Jampit dalam sejarah dan tata kelola kopi Ijen.
  • Pasar global – Tren harga arabika/robusta 2024–2025.
---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *