Oleh: Mahendra Utama – Pemerhati Pembangunan
Setelah sekian lama ekonomi Lampung berputar di poros yang sama, kini kita berada di titik penting: pertumbuhan telah datang, tinggal bagaimana kita mengelolanya. Ini bukan sekadar data statistik, tapi momentum sejarah yang bisa menentukan arah masa depan provinsi kita.
Ekonomi Lampung Tumbuh di Atas Rata-rata Nasional
Data resmi dari Bank Indonesia mencatat bahwa pada triwulan I tahun 2025, ekonomi Lampung tumbuh 5,47% (yoy). Angka ini lebih tinggi dari rerata nasional (4,87%) maupun Sumatera (4,85%). Ini bukan hal remeh. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa Lampung memiliki resiliensi dan daya dorong ekonomi yang kuat setelah melewati tekanan global dan tahun politik.
Kita patut mengapresiasi keberhasilan ini. Namun kita juga perlu merenung: bagaimana agar pertumbuhan ini berkelanjutan, merata, dan berdampak langsung bagi rakyat kecil?
Motor Penggerak: Konsumsi, Investasi, dan Ekspor
Tiga sektor yang menjadi pendorong utama:
- Konsumsi Rumah Tangga (5,06%)
Kenaikan daya beli masyarakat, terutama pasca momen Lebaran dan pemilu, menjadi faktor utama. Namun konsumsi bukanlah fondasi kokoh jangka panjang. Konsumsi bisa naik karena euforia sesaat, tapi tanpa produktivitas, ia bisa rapuh. - Investasi yang Mulai Bergerak (1,26%)
Ini menjadi angin segar. Pemilu usai, stabilitas politik relatif terjaga, dan kepercayaan investor mulai tumbuh. Namun, kita butuh terobosan struktural. Deregulasi, birokrasi yang efisien, dan transparansi adalah harga mati jika Lampung ingin jadi rumah investasi jangka panjang. - Ekspor yang Melejit (52,20%)
Ini luar biasa. Komoditas Lampung seperti kopi, lada, nanas, dan hasil olahan agroindustri menopang pertumbuhan ini. Tapi yang lebih penting adalah mendorong hilirisasi—jangan ekspor mentah terus. Sudah saatnya “Lampung tidak sekadar jadi lumbung, tapi jadi dapur industri nasional.”
Peran Strategis Gubernur & Wakil Gubernur Muda
Saya melihat duet pemimpin muda Lampung, Gubernur Rahmat Mirzani Djausal dan Wakil Gubernur Jihan Nurlaela, menunjukkan langkah cerdas.
Dalam 100 hari pertama, mereka tidak sekadar berkutat di tataran seremonial, melainkan langsung mengambil jalur diplomasi internasional untuk menarik modal dan teknologi ke desa-desa. Ini langkah yang berani dan perlu didukung.
Mereka juga bicara soal hilirisasi potensi desa. Inilah arah baru yang benar. Kita harus berani memecah sentralisasi ekonomi di kota dan mengangkat potensi ekonomi rakyat di kecamatan, bahkan pekon-pekon pelosok.
Jangan Mabuk Angka
Sebagai pemerhati pembangunan, saya ingin memberi peringatan:
jangan mabuk angka pertumbuhan. Angka 5,47% itu baik, tapi apa benar rakyat merasakannya? Apakah kemiskinan menurun? Apakah petani mendapat harga adil? Apakah pengangguran berkurang, atau malah hanya bergeser?
Kita juga harus jujur bahwa pertumbuhan ekonomi Lampung masih bersifat sektoral, belum merata antar wilayah. Ketimpangan antara pusat kota seperti Bandar Lampung dan kabupaten di pesisir atau pegunungan masih mencolok.
Agenda Aksi: Apa yang Perlu Dilakukan?
Berikut usulan saya agar momentum ini tidak hilang sia-sia:
- Dorong Hilirisasi Berbasis Desa
Bangun sentra-sentra pengolahan pangan di dekat kebun rakyat. Libatkan BUMDes dan koperasi anak muda. - Perluas Layanan Kredit UMKM & Petani
Perbankan harus hadir lebih berani. Jangan hanya cari nasabah korporat, tapi dukung pelaku ekonomi akar rumput. - Percepat Transformasi Digital Sektor Ekonomi
Petani harus bisa menjual hasil panen via platform digital, bukan hanya mengandalkan tengkulak. - Fasilitasi Investasi Hijau & Inklusif
Jangan hanya mengejar angka investasi, tapi juga kualitasnya: apakah ramah lingkungan? Apakah menyerap tenaga kerja lokal?
Waktunya Lampung Naik Kelas
Pertumbuhan ekonomi bukan sekadar kebanggaan angka. Ia adalah alat menuju kesejahteraan, kedaulatan pangan, dan kemajuan daerah. Lampung sudah selangkah lebih maju di 2025. Tapi ini baru awal.
Kita semua—pemerintah, swasta, akademisi, anak muda, dan tokoh masyarakat—punya tanggung jawab untuk memastikan pertumbuhan ini menjadi pertumbuhan yang memanusiakan, bukan sekadar memakmurkan segelintir elit.
Baca juga:
* Eksportir sebagai Pilar Ekonomi Lampung dan Peran Strategis Kepemimpinan Muda
Lampung bisa. Kita bisa. Tapi hanya kalau kita bergerak bersama.
Sumber data:
- Bank Indonesia – Laporan Perekonomian Provinsi Lampung Triwulan I 2025
- PPID Provinsi Lampung – Catatan 100 Hari Kerja Gubernur Mirza-Jihan
- Lampost.co – Optimalisasi Sektor Investasi Dongkrak Perekonomian Lampung