Masa Depan Kakao Lampung: Antara Harapan dan Tantangan

Masa Depan Kakao Lampung Antara Harapan dan Tantangan - Mahendra Utama
Pemerhati Pembangunan, Mahendra Utama. (Foto arsip pribadi)

Siapa sangka, di balik secangkir cokelat hangat yang kita nikmati, tersimpan kisah perjuangan ribuan petani Lampung.

Data BPS 2020 mencatat luas kebun kakao Lampung mencapai 78.711 hektar, dengan Pesawaran dan Tanggamus sebagai sentra utama.

Read More

Yang menarik, semua kebun ini dikelola petani kecil bukan perusahaan besar. Mereka berjuang sendiri menghadapi hama, cuaca ekstrem, dan fluktuasi harga.

Tapi jangan salah, semangat mereka luar biasa. Di Way Kanan misalnya, luas kebun melonjak dari 982 hektar (2007) menjadi 1.456 hektar (2016). Produktivitas bisa mencapai satu ton per hektar dengan harga menjanjikan.

Kabar baiknya, beberapa perusahaan seperti Olam dan Mondelez mulai mendampingi petani melalui program sekolah lapang dan sertifikasi.

Tapi sejujurnya, ini belum cukup. Akses permodalan masih terbatas, teknologi pascapanen belum merata, dan banyak petani kesulitan menembus pasar ekspor.

Pemerintah daerah punya peran krusial di sini. Kalau serius, kakao Lampung bisa jadi komoditas andalan seperti kopi atau lada.

Baca juga:
* Dukung Gerakan Jambore Kopi Lampung, Bagaimana dengan Kakao?

Caranya? Perkuat koperasi petani, buka akses kredit lunak, dan bangun pusat pengolahan bersama.

Jangan biarkan petani hanya jadi pemasok biji mentah dorong mereka naik kelas jadi produsen cokelat olahan.

Kakao Lampung punya masa depan cerah. Tinggal bagaimana kita pemerintah, swasta, dan masyarakat bersatu mendukung para petani yang selama ini jadi pahlawan tanpa tanda jasa.

*Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan

‘#KakaoLampung #PetaniIndonesia #PembangunanDaerah #KomoditasUnggulan #PertanianBerkelanjutan

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *