RUMAH PETAni, Terobosan Digital Petani Hutan di Register 31 Lampung

RUMAH PETAni Terobosan Digital Petani Hutan di Register 31 KPH Kotaagung Utara Tanggamus Lampung.webp
(gambar: tangkapan layar di salah satu halaman RUMAH PETAni.

Di tengah bentang alam Hutan Lindung Register 31 Pematang Arahan, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, sebuah inisiatif lokal tumbuh dari kepedulian terhadap kelestarian alam.

Namanya RUMAH PETAni — sebuah gerakan komunitas yang hadir untuk membangun relasi yang lebih seimbang antara manusia dan lingkungan melalui pendekatan digital, partisipatif, dan berkelanjutan.

Read More

Berbasis semangat kolaborasi, gerakan ini berangkat dari kebutuhan mendesak akan ketersediaan data yang akurat dan mudah diakses oleh para petani hutan.

Selama bertahun-tahun, kelompok tani hutan (KTH) di kawasan ini menghadapi tantangan besar: data potensi lahan dan wilayah garapan mereka tidak terdokumentasi secara baik, tersebar di banyak tempat, dan sulit dijangkau oleh pengambil kebijakan maupun penyuluh kehutanan.

Menjawab Tantangan dengan Inovasi

RUMAH PETAni lahir sebagai jawaban atas persoalan tersebut. Melalui pemanfaatan teknologi Geographic Information System (GIS) dan aplikasi CoboCollect, inisiatif ini mengembangkan sebuah platform digital yang menyimpan, menyusun, dan menampilkan data potensi sumber daya alam secara terstruktur.

Dalam satu tampilan interaktif, pengguna dapat mengakses informasi tentang lahan garapan, hasil hutan bukan kayu (HHBK), hingga profil kelompok tani.

Selain menciptakan basis data, plaform ini juga membentuk sebuah ekosistem baru di mana informasi menjadi alat bersama untuk membangun keberlanjutan.

Semua data dikumpulkan dengan pendekatan pemetaan partisipatif, melibatkan petani, penyuluh kehutanan, pemerintah pekon, serta masyarakat lokal lainnya.

Komunitas yang Tumbuh dari Bawah

Sebagai sebuah gerakan komunitas, RUMAH PETAni mendorong transformasi sosial yang dimulai dari akar rumput. Di sejumlah pekon seperti Srikaton, Kecamatan Semaka, KTH Tumpak Rejo 1, 2, 3, serta Gapoktanhut Lestari Sejahtera menjadi bagian dari proses pemetaan kolektif.

Setiap anggota kelompok terlibat dalam mencatat batas lahan, mengenali potensi tanamannya, dan mengarsipkan informasi kelompok secara digital.

Transformasi ini mendorong terciptanya budaya baru di kalangan petani hutan. Yang sebelumnya hanya bergantung pada ingatan atau catatan manual, kini mereka memiliki akses ke informasi spasial yang akurat.

Data bukan lagi monopoli institusi, melainkan alat bersama untuk mengelola dan melindungi sumber daya alam secara bertanggung jawab.

Teknologi sebagai Sarana, Bukan Tujuan

Meski menggunakan pendekatan digital, RUMAH PETAni tidak sekadar mengedepankan teknologi.

Di baliknya, terdapat semangat untuk memanusiakan proses pengelolaan hutan, memperkuat rasa kepemilikan komunitas terhadap wilayahnya, dan membuka ruang dialog antara warga, pemerintah, dan dunia akademik.

Pengembangan platform ini juga menjadi sarana untuk membangun kapasitas petani hutan.

Melalui pelatihan, pendampingan, dan praktik langsung, para anggota kelompok tani mulai terbiasa dengan peta digital, perangkat GPS, dan sistem pengarsipan berbasis web.

Pendekatan ini mendorong kemandirian, tanpa memutus akar tradisi lokal yang selama ini menjadi dasar pengelolaan hutan berbasis kearifan.

Kolaborasi untuk Masa Depan

RUMAH PETAni hadir sebagai hasil kolaborasi lintas sektor. Inisiatif ini digerakkan bersama oleh KPH Kota Agung Utara, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Rumah PETA Lampung, Gapoktanhut Lestari Sejahtera, Universitas Lampung, serta organisasi konservasi internasional seperti Rainforest Alliance.

Sinergi ini menjadi landasan kokoh untuk menciptakan gerakan yang bukan hanya berdampak lokal, tetapi juga dapat direplikasi secara nasional.

Kolaborasi ini memperkuat jalur transformasi menuju tata kelola kawasan hutan yang lebih transparan, adil, dan lestari. Data yang sebelumnya bersifat tertutup kini terbuka bagi siapa saja.

Informasi tentang potensi HHBK, batas andil garapan, serta struktur kelembagaan kelompok tani tersedia secara digital dan dapat digunakan untuk mendukung perencanaan pembangunan berbasis masyarakat.

Menuju Keharmonisan yang Berkelanjutan

Lebih dari sekadar inovasi digital, RUMAH PETAni adalah simbol dari perubahan cara pandang.

Plaform ini memperlihatkan bahwa pengelolaan hutan yang lestari tidak hanya bergantung pada aturan dari atas, tetapi juga pada kekuatan komunitas yang memiliki visi bersama.

Visi untuk menjadikan hutan sebagai ruang hidup yang produktif, sekaligus menjaga kelestarian ekosistem bagi generasi mendatang.

Dengan membangun relasi yang selaras antara manusia dan alam, gerakan ini membuka jalan baru bagi pengelolaan sumber daya alam yang lebih bertanggung jawab.

Baca juga:
* Alpukat Hasil RHL di Lereng Gunung Tanggamus Berbuah, Usia Satu Tahun!

RUMAH PETAni bukan hanya tentang data, tapi tentang kehidupan yang lebih harmonis di tengah hutan.

Tentang komunitas yang tumbuh dari bawah, saling menguatkan, dan terus bergerak untuk masa depan yang lebih hijau dan terkelola dengan baik.

Saat ini, RUMAH PETAni masih dalam tahap pengembangan. Namun, potensi dampak positifnya sangat besar.

Bayangkan jika semua KTH di Indonesia memiliki platform seperti ini masa depan—hutan akan lebih hijau, terdata, dan terkelola dengan baik.

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *