Di tengah bayang-bayang krisis pangan global dan tekanan meningkatnya jumlah penduduk, Indonesia justru mencatat tonggak sejarah baru.
Untuk pertama kalinya sejak era 1969, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka 3,7 juta ton—sebuah capaian monumental yang menandai kebangkitan sistem pangan nasional.
Bukan Sekadar Angka, Tapi Simbol Kemandirian Pangan
Data resmi yang dikeluarkan Perum BULOG pada Senin pagi, 13 Mei 2025, menunjukkan jumlah stok CBP berada di angka 3.701.006 ton.
Angka itu bukan hanya rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir, tapi juga melebihi semua capaian sebelumnya, bahkan pada masa-masa kejayaan swasembada beras di era 1980-an.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, menyambut lonjakan ini dengan penuh optimisme.
“Ini tidak hanya soal angka, tapi tentang keberhasilan kita melindungi petani saat panen raya. Apalagi dengan rekor serapan tertinggi dari Jawa Barat,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (11/5/2025) lalu.
Tak ketinggalan, Mentan Amran pun memberikan ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Bulog di lapangan.
Lompatan dalam Waktu Singkat
Tak sampai lima bulan sejak awal tahun, BULOG telah menyerap lebih dari 2 juta ton beras hasil panen petani.
Amran menyebut ini sebagai lompatan luar biasa, apalagi dilakukan saat dunia tengah menghadapi gangguan rantai pasok dan ancaman El Nino.
Capaian ini tidak datang tiba-tiba. Di balik lonjakan tersebut, ada kerja simultan antara pemerintah pusat dan daerah, BULOG, dan tentu saja para petani yang tak henti bekerja di sawah.
Langkah-langkah seperti penambahan pupuk subsidi, percepatan tanam, penguatan alsintan (alat dan mesin pertanian), hingga kenaikan harga pembelian gabah menjadi Rp6.500/kg menjadi fondasi utama dari keberhasilan ini.
Melampaui Masa Lalu, Menjawab Tantangan Masa Kini
Jika mundur ke tahun 1985, rekor tertinggi stok beras saat itu (September 1985) mencapai 3.006.872 ton. Namun saat itu, jumlah penduduk Indonesia baru sekitar 166 juta jiwa.
Bandingkan dengan kondisi sekarang—lebih dari 283 juta jiwa—dan fakta bahwa stok justru lebih tinggi menjadi pencapaian yang patut diapresiasi.
Kini, angka tersebut telah dilampaui hampir 700 ribu ton lebih tinggi, melampaui semua capaian tersebut, bahkan melebihi puncak-puncak cadangan pada era-era swasembada di masa lalu.
Artinya, sistem ketahanan pangan kita bukan hanya bertahan, tapi sudah jauh lebih matang dan efisien.
Mentan Amran mengingatkan, agar semua pihak jangan sampai hanya puas dengan surplus. Karena surplus tanpa serapan akan merugikan petani pada akhirnya.
Amran menegaskan, negara akan hadir menyerap hasil panen para petani.
“Stok ini akan kita gunakan untuk memperkuat cadangan strategis nasional, bantuan pangan, serta potensi ekspor jika diperlukan,” ujarnya.
Dari Gudang Darurat ke Potensi Ekspor
Tak hanya puas dengan jumlah, pemerintah juga bergerak cepat mengantisipasi lonjakan serapan. Gudang darurat mulai disiapkan, dan sebanyak 25.000 unit gudang baru ditargetkan berdiri di berbagai daerah agar hasil panen tak terbuang dan bisa tersimpan dengan baik.
Keberhasilan ini juga membuka peluang baru: ekspor. Dengan cadangan yang aman dan stabilitas harga yang terkendali, Indonesia mulai melirik peluang untuk menjadi pemain ekspor beras, bukan hanya pemenuhan dalam negeri.
Indonesia Naik Kelas di ASEAN
Posisi Indonesia sebagai produsen beras terbesar di Asia Tenggara kini semakin kokoh.
Data terbaru dari United States Department of Agriculture (USDA) menyebut produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 34,6 juta ton untuk musim tanam 2024/2025—naik 4,8% dari tahun sebelumnya dan tertinggi di kawasan.
Angka ini melampaui capaian negara-negara kuat produsen beras seperti Thailand dan Vietnam, yang selama ini menjadi rujukan di pasar ekspor dunia.
Masa Depan Pangan: Mandiri, Tangguh, dan Berdaya Saing
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menegaskan, arah kebijakan ke depan akan semakin fokus pada kemandirian pangan, perluasan tanam, dan stabilisasi harga.
Semua langkah ini dilakukan dengan semangat keberpihakan pada petani, demi menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan.
Dengan fondasi yang sudah kokoh ini, Indoesia tidak hanya menuju swasembada, tapi siap menjadi pemain global dalam perdagangan pangan.
“Semua ini adalah hasil dari kebijakan tepat Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional,” pungkas Mentan Amran Sulaiman.