Supriyono Petani Kopi Lampung Barat, Tingkatkan Produktivitas dengan Sistem Pagar

Supriyono petani kopi lampung barat yang menanam tanaman kopi dengan sistem pagar - Yopie Pangkey.jpg
Supriyono dengan kopi robusta yang ditanam di lahan seluas seperempat hektar miliknya di Sekincau Lampung Barat. (Foto: Yopie Pangkey)

Supriyono, seorang petani kopi berusia 48 tahun, dari Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat. Ia termasuk petani sukses dan berprestasi. Sehingga ia mendapatkan penghargaan kategori peningkatan produksi dari Gubernur Lampung Arinal Djunaidi saat Festival Perkebunan (Bunfest) Provinsi Lampung Tahun 2023 di Ballroom Hotel Sheraton, Lampung, Sabtu (23/09/2023) lalu.

Cerita sukses Supriyono bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ia juga banyak membantu petani kopi lain. Mengajak petani kopi Lampung Barat dan Tanggamus meningkatkat produktivitas kopi di kebun masing-masing.

Read More

Supriyono mulai menanam kopi pada tahun 1990-an. Pada awalnya, ia menerapkan sistem penanaman kopi tradisional, yaitu dengan jarak tanam yang cukup lebar. Namun, sistem penanaman tradisional ini memiliki beberapa kekurangan, seperti sulitnya perawatan dan hasil panen yang tidak optimal.

Sama seperti petani lain, ia hanya mendapatkan hasil panen sekitar 500-700 kilogram perhektar pertahun.

Supriyono Tanam Kopi dengan Sistem Pagar Sejak 2019

Supriyono mulai menerapkan sistem pagar pada tahun 2019. Sistem ini merupakan metode penanaman kopi yang ditanam secara berjajar dan rapat, dengan jarak tanam sekitar 1 meter antar tanaman dalam satu baris. Ia tertarik dengan sistem ini setelah melihat keberhasilannya diterapkan oleh petani kopi di daerah lain.

Ia pun berhasil meningkatkan produktivitas kopinya dengan menerapkan sistem pagar.

“Saya menerapkan sistem pagar di kebun kopi saya seluas seperempat hektar dan hasilnya sangat memuaskan. Dari lahan seperempat hektar yang bisa menyamai produksi kebun 1 hektar dengan sistem penanaman tradisional,” kata Supriyono di kebun kopi miliknya di Sekincau, Lampung Barat, Kamis (12/10/2023).

“Sistem pagar ini bisa diterapkan untuk kopi jenis Robusta dan Arabika. Saya menanam kopi Arabika di lahan seluas seperempat hektar, dan akan terus saya perluas. Saya juga menanam kopi robusta di lahan seluas 1 hektar. Semuanya dengan penanaman sistem pagar.” ia mengungkapkan.

Meremajakan pohon kopi dan menanam dengan sistem pagar bukan tidak menghadapi kendala. Menurut Supriyono, banyak petani kopi yang belum mengetahui sistem penanaman ini. Dan kalaupun sudah mengetahui, tidak mau mengubah cara menanamnya.

“Sekarang sudah banyak petani kopi muda, Namun saat mereka ingin mengubah cara tanam, mereka terkendala oleh orang tua mereka. Masih banyak petani usia tua yang masih belum menerima sistem yang mereka anggap baru ini.” ujarnya.

“Dan kalaupun mereka menerima, ada kesulitan lain yang mereka hadapi. Untuk melakukan peremajaan tanaman, ini berarti mereka akan kehilangan penghasilan dari panen kopi selama proses peremajaan hingga panen.” imbuhnya.

Supriyono bersama kadis perkebunan prov lampung yuliatuti di kebun kopinya dengan model penanaman sistem pagar di sekincau - yopie pangkey.jpg
Supriyono bersama Kadis Perkebunan Provinsi Lampung, Yuliastuti, di kebun kopinya dengan model penanaman sistem pagar di Sekincau, Lampung Barat, Kamis (12/10/2023). (Foto: Yopie Pangkey)

Tapi bukan berarti masalah ini tidak ada solusi. Supriyono pun mencontohkan dirinya yang memulai peremajaan dari lahan seluas seperempat hektar dulu.

Ia berani mengganti tanaman lama di lahan seluas sekitar 2500 meter persegi itu dengan tanaman baru dan dengan menggunakan sistem pagar.

“Alhamdulillah sekarang sudah ada sekitar 50 hektar kebun kopi di Lampung Barat dan Tanggamus yang sudah melakukan peremajaan dan menggunakan sistem pagar.” ungkapnya dengan gembira.

“Jumlah ini masih sangat sedikit dibandingkan dengan total keseluruhan kebun kopi yang ada di dua kabupaten ini. Tapi ini sudah lebih baik daripada tidak sama sekali.” katanya.

Keberhasilan Supriyono dalam menerapkan sistem pagar telah menginspirasi petani kopi lainnya di Lampung. Saat ini, sudah banyak petani kopi di Lampung yang mulai menerapkan sistem pagar.

Supriyono berharap, penerapan sistem pagar dapat meningkatkan produktivitas kopi Lampung dan kesejahteraan petani kopi Lampung.

Tirik Terang Penanaman Pohon Kopi dengan Sistem Pagar

Harapan Supriyono berlanjut saat Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Yuliastuti melirik hasil kerjanya. Pemerintah Provinsi Lampung, dibantu oleh Supriyono, juga mulai mengembangkan penanaman pohon kopi dengan sistem pagar di UPTD Balai Benih Kebun Induk (BBKI) Hanakau di Liwa, Lampung Barat.

“Ini adalah penerapan dari program pembangunan perkebunan Provinsi Lampung yang diusung Gubernur Lampung, pak Arinal Djunaidi. Pemprov berupaya untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan nilai tambah petani. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kesejahteraan petani.” Kata Yuliastuti di BBKI Hanakau, Kamis (12/10/2023).

Baca juga:
* Festival Rempah dan Lada Lampung 2023, Momentum Kebangkitan Lada Lampung

“Selain di Sekincau, kami juga telah menanam di demoplot kopi BBKI Hanakau Lampung Barat. Model sistem penanaman kopi berupa sistem pagar. Di mana dalam satu hektar jumlah populasi tanaman sebanyak 4.000 batang. Dengan target produksi 4 ton pertahun.” ia menambahkan.

Yuliastuti menambahkan, Dinas Perkebunan Provinsi Lampung juga telah membangun kebun entres kopi. Yang selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan sambung untuk peremajaan tanaman.

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *