Setelah hampir “mati suri” sejak pandemi COVID-19, akhirnya transportasi publik di Bandar Lampung mulai bergerak lagi. Pemkot Bandar Lampung resmi menguji coba pengaktifan kembali angkutan kota (angkot) dan Bus Trans Bandar Lampung.
Langkah ini merupakan arahan langsung Wali Kota Eva Dwiana. Tujuannya jelas: memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat yang terus meningkat dan menjawab keluhan warga soal minimnya transportasi umum yang layak.
Bukan Saingan, tapi Mitra
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Socrat Pringgodanu, tegas menyampaikan bahwa angkot dan Bus Trans harus bekerja sama, bukan bersaing.
“Kami ingin keduanya saling melengkapi, bukan berebut penumpang. Tujuannya satu: kenyamanan dan kemudahan masyarakat,” kata Socrat.
Di tahap awal, uji coba menggunakan kendaraan angkot lama yang masih ada. Ini dilakukan agar para pengusaha angkot bisa kembali meraup penghasilan.
Ke depannya, Pemkot dan DPRD tengah menjajaki pemberian subsidi baik untuk biaya operasional maupun bantuan pengadaan kendaraan baru yang lebih layak lewat APBD.
Dishub juga akan mengevaluasi seluruh rute. Rute lama yang masih relevan akan diaktifkan kembali, sembari membuka peluang rute baru sesuai kebutuhan warga.
PR Besar Menuju Kota yang Lebih Baik
Revitalisasi ini jadi PR serius bagi Pemkot Bandar Lampung. Anggota DPRD Kota, Rizaldi Adrian, sebelumnya sudah menyoroti bahwa transportasi umum yang layak adalah salah satu syarat kota metropolitan yang maju dan nyaman.
Komitmen mengembangkan angkutan umum ini juga sejalan dengan berbagai rekomendasi kebijakan.
Mengingat keterbatasan anggaran untuk membangun jalan baru, pengembangan transportasi publik memang opsi paling realistis dan berkelanjutan untuk Bandar Lampung.
Dengan langkah konkret ini, Bandar Lampung berusaha bangkit dari keterpurukan. Angkot dan Bus Trans diharapkan kembali jadi tulang punggung mobilitas warga yang bisa diandalkan.
Belajar dari Kota Lain
Sebagai kota dengan populasi lebih dari 1 juta jiwa, Bandar Lampung sebetulnya bisa belajar dari ibukota provinsi lain yang ukurannya sebanding.
Ambil contoh Manado yang sedang mempersiapkan program Buy The Service (BTS) dari Kementerian Perhubungan sistem bus bersubsidi pemerintah yang sudah terbukti berhasil di Medan, Makassar, dan Surabaya.
Menariknya, Manado tetap mempertahankan mikrolet (angkot lokal mereka) sambil mengembangkan Trans Kawanua. Bahkan mereka punya sistem tarif berbeda: Rp5.000 untuk umum dan Rp3.000 untuk pelajar.
Strategi ini bisa jadi inspirasi Bandar Lampung jangan sampai angkot dan Bus Trans malah saling “bunuh”.
Jambi juga punya cerita menarik. Mereka aktif mendorong penggunaan transportasi umum dengan merencanakan bus listrik, revitalisasi terminal, dan perluasan trayek angkot. Intinya: konsistensi dan political will yang kuat.
Saran untuk Bandar Lampung
Dari pengalaman kota-kota lain, ada beberapa hal yang bisa dilakukan Bandar Lampung:
Jangka Pendek (1-2 tahun):
- Pastikan subsidi APBD konsisten, bukan cuma euphoria di awal
- Tetapkan standar minimum kelayakan kendaraan (AC, kebersihan, keamanan)
- Lakukan survei rutin untuk tahu rute mana yang paling dibutuhkan masyarakat
- Terapkan tarif khusus untuk pelajar dan mahasiswa agar mereka terbiasa naik transportasi umum
Jangka Menengah (3-5 tahun):
- Ajukan program BTS ke Kemenhub jangan sampai ketinggalan dari Manado
- Bangun halte nyaman di titik-titik strategis, bukan sekadar papan nama
- Pertimbangkan bus listrik untuk efisiensi biaya operasional jangka panjang
- Integrasikan dengan teknologi: aplikasi tracking real-time, pembayaran cashless, dan integrasi dengan ojol
Yang paling penting: jangan setengah-setengah. Sudah 35 pemda di Indonesia yang mengalokasikan APBD untuk subsidi angkutan umum. Bandar Lampung harus konsisten, bukan cuma gegap gempita di awal lalu menghilang seperti biasanya.
Baca juga:
* Bandar Lampung dan Palembang: Dua Kota, Satu Arah Masa Depan Sumatera
Momentum yang Tepat
Dengan populasi lebih dari 1 juta jiwa dan posisi sebagai gerbang Sumatera, Bandar Lampung punya potensi jadi contoh transportasi publik di kota menengah Indonesia.
Tapi potensi itu cuma akan jadi kenyataan kalau ada komitmen kuat dari semua pihak pemerintah, pengusaha angkot, dan masyarakat.
Revitalisasi angkot dan Bus Trans ini bukan cuma soal menghidupkan kembali kendaraan yang sempat parkir. Ini soal memberikan alternatif mobilitas yang layak, terjangkau, dan berkelanjutan untuk warga Bandar Lampung.
Dan kalau berhasil, ini bisa jadi cerita sukses yang menginspirasi kota-kota lain.
Semoga kali ini bukan sekadar wacana.
*Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan
#TransportasiPublik #BandarLampung #AngkotBangkit #BusTransLampung #MobilitasKota