Aroma serba baru menyeruak halus dari setiap sudut ruangan di loi otel. Lampu gantung modern menjuntai dari langit-langit, memantulkan cahaya lembut dan hangat ke lantai marmer bersih mengilap.
Azana Boutique Hotel resmi menyambut para tamu dengan estetika yang menyenangkan mata dan menenangkan pikiran: bunga ucapan selamat di meja resepsionis, ragam rupa tembikar Nusantara di rak-rak, hingga alunan musik instrumental yang nyaris tak terdengar—tetapi cukup membuat langkah pelan terasa lebih berkelas.
Bukan sekadar tempat bermalam, hotel yang berlokasi di jantung Kota Bandar Lampung ini menyajikan pengalaman menginap yang dirancang untuk kalangan profesional dan eksekutif kelas menengah atas, yang mencari kenyamanan dalam kesederhanaan yang mewah.
Di sinilah nuansa urban resort bertemu dengan keramahan khas Sumatera, menghadirkan atmosfer yang terasa personal dan eksklusif.
Pada Minggu (27/07/2025) sore itu, Azana Boutique Hotel diresmikan oleh Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal.
Namun lebih dari sekadar seremoni pembukaan, momen itu menjadi simbol langkah serius Pemerintah Provinsi Lampung untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu fondasi utama pembangunan ekonomi daerah.
“Insya Allah dalam tahun-tahun ke depan, Pemerintah Provinsi Lampung akan mulai memfokuskan sektor pariwisata dalam mengembangkan provinsi ini,” ujar Gubernur Mirza dalam sambutannya.
Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika. Lampung selama ini memang menyimpan banyak potensi wisata.
Mulai dari pantai-pantai eksotik di Pesisir Barat, kekayaan kuliner khas di Bandar Lampung, hingga tradisi budaya di pedalaman Lampung Tengah.
Namun geliat sektor ini masih berkembang secara alami, belum sepenuhnya terorganisir secara sistemik.
“Banyak kuliner, banyak wisata laut, dan lain-lain, ini semua tumbuh organik. Kami sedang berusaha mengorganisir ini supaya terkelola dengan baik,” kata Mirza.
Masalah Lama, Jawaban Baru
Gubernur Mirza secara terbuka mengakui salah satu kendala utama pariwisata di daerahnya: rendahnya tingkat lama tinggal (length of stay) dan jumlah pengeluaran wisatawan (spending).
Meski angka kunjungan terus bertambah, para pelancong cenderung hanya singgah sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat lain.
“Ini disebabkan masih kurangnya fasilitas penunjang seperti hotel dan restoran,” ujar Mirza.
Kehadiran Azana Boutique Hotel, lanjutnya, adalah bagian dari upaya membangun ekosistem pariwisata yang lebih ramah dan kompetitif.
Pemerintah Provinsi Lampung kini mulai merancang peta jalan pengembangan pariwisata yang terstruktur. Mulai dari percepatan perizinan, insentif bagi investor pariwisata, hingga penguatan kerja sama antar pemerintah daerah.
“Saya akan berkolaborasi dengan bupati dan wali kota untuk memberi kemudahan-kemudahan, baik itu pajak, retribusi, dan lainnya,” ujar Mirza.
“Ini bagian dari komitmen kami mendukung pengusaha Lampung berinvestasi di bidang pariwisata,” Gubernur Mirza menambahkan.
Ekonomi Kreatif dan Tantangan Inklusi
Di sisi lain, sektor ekonomi kreatif juga mendapat perhatian. Bagi Pemprov Lampung, pariwisata tak sekadar menarik wisatawan, tetapi juga membuka peluang kerja baru, mengangkat budaya lokal, dan menjadi gerbang ekspor jasa ke dunia luar.
“Kita dorong bagaimana dunia pariwisata ikut memperkenalkan budaya Lampung. Nilai kita akan menjadi besar ketika budaya kita dikenal,” kata Mirza.
Azana Boutique Hotel sendiri tak datang tanpa pertimbangan matang. CEO Azana Hotels & Resorts, Dicky Sumarsono, menyebut Lampung sebagai wilayah dengan daya tarik wisata yang kuat dan pasar yang mulai tumbuh signifikan.
Ia menyebut ada lebih dari 200.000 kamar hotel di Lampung yang dipesan melalui platform daring sepanjang 2024.
“Lampung dipilih karena punya wisata alam yang menarik, kuliner yang kaya, dan budaya yang khas. Ini pasar yang sangat potensial,” jelasnya.
Baca juga:
* Pengangguran dan Ancaman Sosial di Lampung
Menatap ke Depan
Langkah Lampung menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi tentu tak bebas tantangan. Salah satu pekerjaan rumah besar adalah memperkuat infrastruktur dasar dan sumber daya manusia (SDM) di sektor ini.
Ketersediaan akomodasi harus dibarengi dengan peningkatan kualitas layanan, tata kelola destinasi, dan promosi yang terintegrasi.
Namun komitmen awal telah ditunjukkan. Peresmian hotel Azana bukan hanya tentang hadirnya bangunan baru di pusat kota, melainkan tanda bahwa Provinsi Lampung mulai menata ulang prioritas pembangunannya.
“Mari kita semua bersinergi—pelaku usaha, investor, masyarakat terus berkolaborasi dan berinovasi—untuk mendorong pariwisata Lampung,” Gubernur Mirza mengimbau.
“Ini adalah bagian dari perjalanan besar provinsi lampung untuk menjadi fondasi menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
 
													


