Langkah Pemprov Lampung yang menggandeng Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Serang untuk menggelar pelatihan bengkel alat dan mesin pertanian (Alsintan) memang layak diapresiasi.
Program ini bukan sekadar pelatihan biasa ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan pertanian Lampung yang lebih mandiri dan produktif.
Namun pertanyaannya, apakah pelatihan ini bisa berjalan optimal tanpa dukungan penuh dari berbagai dinas terkait? Jawabannya tentu tidak. Dibutuhkan sinergi yang kuat agar program ini tidak hanya jadi seremonial belaka.
Siapa Saja yang Harus Terlibat?
Program bengkel alsintan ini akan sia-sia kalau hanya ditangani oleh satu dinas saja. Ada beberapa OPD yang perannya sangat krusial:
A. Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura harus tampil sebagai ujung tombak. Mereka yang paling tahu kondisi alsintan di lapangan, kebutuhan perbaikan, dan kelompok tani mana yang paling membutuhkan.
Dinas ini juga yang bisa mengintegrasikan program bengkel dengan Kartu Petani Berjaya (KPB) yang sudah berjalan.
B. Dinas Tenaga Kerja punya tanggung jawab besar dalam hal sertifikasi dan penyaluran lulusan. Jangan sampai peserta pelatihan sudah lulus tapi tidak tahu mau kerja di mana atau bagaimana membuka usaha bengkel sendiri. Di sinilah peran dinas ini sangat dibutuhkan.
C. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga tidak boleh ketinggalan. SMK Pertanian dan SMK Teknik di Lampung bisa jadi ladang penyemaian mekanik alsintan muda.
Kalau kurikulum SMK sudah menyentuh pemeliharaan alsintan, maka regenerasi tenaga ahli akan terus berjalan.
Belajar dari Program Sebelumnya
Sebenarnya, program yang fokus pada alsintan bukan hal baru di Lampung. Di era Gubernur Arinal Djunaidi, sudah ada Program Kartu Petani Berjaya yang salah satu manfaatnya adalah ketersediaan teknologi pertanian, termasuk alsintan.
Pemerintah pusat dan provinsi juga pernah menyerahkan bantuan alsintan ke berbagai kelompok tani.
Yang menarik dari inisiatif Gubernur Rahmat Mirzani Djausal ini adalah fokusnya pada aspek pemeliharaan dan perbaikan. Banyak petani yang mendapat bantuan alsintan, tapi kemudian bingung ketika mesinnya rusak.
Bengkel umum tidak paham karakteristik mesin pertanian, sementara tidak ada mekanik khusus yang bisa diandalkan. Akhirnya, alsintan yang harganya jutaan itu menganggur di gudang.
Jadi program bengkel alsintan ini adalah jawaban atas masalah riil yang selama ini diabaikan. Ini bukan sekadar melanjutkan, tapi menyempurnakan upaya-upaya sebelumnya.
Baca juga:
* Masa Depan Kakao Lampung: Antara Harapan dan Tantangan
Apakah Perlu Ganti Pejabat?
Ada yang berpendapat bahwa untuk mempercepat program ini, perlu dilakukan pergantian kepala dinas. Tapi apakah ini solusi yang tepat?
Menurut saya, tidak selalu. Pergantian pejabat justru bisa menimbulkan kekosongan dan perlu waktu adaptasi lagi.
Yang lebih penting adalah komitmen politik dari pimpinan daerah, alokasi anggaran yang memadai, dan desain program yang jelas.
Ada beberapa hal yang seharusnya menjadi prioritas:
Pertama, perkuat dulu UPTD Alsintan di bawah Dinas Pertanian. Unit ini harus punya fasilitas dan SDM yang memadai untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan.
Kedua, pastikan ada koordinasi rutin antara Dinas Pertanian, Dinas Tenaga Kerja, dan Dinas Pendidikan. Jangan sampai masing-masing jalan sendiri-sendiri dengan program yang berbeda-beda.
Ketiga, libatkan kelompok tani secara aktif. Mereka yang akan menjadi pengguna dan penerima manfaat utama. Kalau dari awal tidak dilibatkan, jangan heran kalau programnya tidak nyambung dengan kebutuhan lapangan.
Pergantian pejabat boleh saja dilakukan kalau memang berdasarkan evaluasi kinerja yang objektif. Tapi menjadikannya sebagai syarat utama akselerasi program justru kontraproduktif.
Peluang Emas yang Tidak Boleh Disia-siakan
Program pelatihan bengkel alsintan ini adalah momentum yang sangat baik untuk mewujudkan pertanian Lampung yang lebih modern dan mandiri.
Kita punya kesempatan untuk menciptakan ekosistem di mana petani tidak hanya mahir bertani, tapi juga mampu merawat peralatan mereka sendiri.
Bayangkan kalau di setiap kecamatan ada bengkel alsintan yang dikelola oleh anak muda lokal. Petani tidak perlu menunggu berhari-hari untuk perbaikan mesin.
Biaya perawatan juga jadi lebih murah karena tidak perlu ke kota. Ini akan sangat membantu produktivitas pertanian secara keseluruhan.
Baca juga:
* Benih Unggul untuk Kedaulatan Pangan: Harapan pada Kepemimpinan Prabowo-Mirzani
Yang terpenting sekarang adalah eksekusi. Jangan sampai program ini hanya ramai di awal, lalu hilang begitu saja tanpa bekas. Konsistensi dan sinergi antar-OPD harus dijaga, siapa pun yang memimpin.
Lampung punya potensi pertanian yang luar biasa. Dengan dukungan teknologi dan SDM yang terampil, tidak ada alasan untuk tidak menjadi lumbung pangan nasional yang sesungguhnya.
*Penulis: Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan
#PertanianLampung #BengkelAlsintan #PelatihanVokasi #AlsinTanModern #PembangunanDaerah #LampungBerjaya #TeknologiPertanian #SMKPertanian



