Lampung kembali membuktikan diri sebagai salah satu penyangga ketahanan pangan nasional.
Di bawah kepemimpinan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal (Mirza), provinsi ini tak sekadar mengandalkan retorika, melainkan tindakan nyata yang melibatkan berbagai pihak.
Pencapaian teranyar patut diacungi jempol: Lampung mencatatkan persentase operasional dapur pemenuhan gizi tertinggi se-Indonesia, mencapai 69%.
Angka ini bukan sekadar statistik, tapi cerminan kesungguhan membangun fondasi gizi bagi anak-anak Lampung.
Iyay Mirza juga getol mendorong produksi komoditas strategis seperti jagung lewat program Tanam Raya Serentak.
Yang menarik, ia tak bekerja sendirian. TNI-Polri, Bulog, hingga perbankan lokal digandeng untuk membangun gudang pangan dan menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada petani.
Langkah ini langsung menyasar dua hal sekaligus: stabilitas pasokan dan kesejahteraan petani melalui jaminan harga dan pendapatan.
PR Besar yang Masih Menunggu
Namun, jujur saja, masih banyak pekerjaan rumah yang menanti:
A. Irigasi yang Hampir Amburadul
Bayangkan, 70% jaringan irigasi tersier di Lampung dalam kondisi rusak tanggul jebol, saluran bocor, dan seterusnya. Ini jelas mengganggu pengairan dan mengancam produktivitas sawah.
Belum lagi kondisi jalan di beberapa sentra produksi seperti Kecamatan Palas yang masih perlu perhatian serius agar hasil panen bisa segera sampai ke pasar.
B. Alat dan Tenaga Kerja yang Minim
Alat mesin pertanian, khususnya traktor roda empat, masih langka. Sementara tenaga kerja tanam juga semakin susah dicari karena banyak yang beralih profesi.
Tanpa mekanisasi yang memadai, musim tanam bisa terhambat.
C. Hama dan Tanah yang Kelelahan
Pola tanam yang itu-itu saja tanpa rotasi bisa mengundang hama dan membuat tanah kehilangan kesuburannya.
Petani butuh pendampingan teknis yang lebih intensif soal budidaya yang sehat dan berkelanjutan.
Baca juga:
* Pemerintah Dukung Migrasi Tanam Singkong ke Jagung
Menuju Lumbung Pangan, Bukan Slogan Semata
RPJMD 2025–2029 menargetkan Lampung sebagai Lumbung Pangan Nasional.
Visi ini bukan mustahil, mengingat Lampung sudah punya modal kuat: kopi robusta dan lada yang berada di peringkat dua nasional, ditambah komoditas strategis lainnya.
Yang dibutuhkan sekarang adalah konsistensi. Perbaikan infrastruktur pertanian, pendampingan petani yang berkelanjutan, dan hilirisasi produk perkebunan harus jadi prioritas utama.
Dengan kepemimpinan Iyay Mirza yang terbukti mampu menggerakkan kolaborasi lintas sektor, peluang Lampung untuk tidak hanya swasembada, tapi juga menjadi rujukan pembangunan pertanian nasional, terbuka lebar.
Tinggal tunggu eksekusi di lapangan karena di sanalah ujian sesungguhnya.
Selamat atas penghargaan Excellence in Agriculture and Food Prosperity dalam ajang Indonesia Kita Awards 2025 untuk Pemprov Lampung.
*Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan
#LampungMajudanSejahtera #KetahananPangan #PertanianIndonesia #GubernurMirza #LumbungPanganNasional



