Bicara soal potensi ekonomi Lampung, kita tidak bisa menutup mata dari kawasan yang mencakup Lampung Timur, Lampung Tengah, Kota Metro, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, dan Mesuji.
Kawasan yang dikenal sebagai wilayah agribisnis dan transmigrasi ini punya kekayaan alam luar biasa, tapi sayangnya belum dimaksimalkan.
Secara historis dan geografis, wilayah ini adalah lumbung pangan bukan cuma untuk Lampung, tapi bahkan untuk Sumatera.
Pertanyaannya sekarang: bagaimana mengubah potensi besar ini menjadi kekuatan ekonomi nyata yang bisa mensejahterakan masyarakat?
Kekayaan Ekonomi Kawasan yang Belum Tergarap Maksimal
Kekuatan utama kawasan ini ada di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Mari kita lihat satu per satu:
A. Komoditas Agribisnis Unggulan:
Padi dan jagung menjadi andalan di Lampung Tengah (LamTeng) dan Tulangbawang (Tuba). Produksinya memang besar dari segi kuantitas.
Lalu ada tebu untuk industri gula, terutama di LamTeng yang merupakan sentra pabrik gula terbesar di Indonesia.
Jangan lupakan juga singkong dan tapioka dari LamTeng dan LamTim, serta kelapa sawit yang melimpah di LamTim dan Mesuji.
B. Sektor Peternakan:
LamTeng punya potensi besar dalam pengembangan peternakan sapi potong dan unggas.
Yang menarik adalah integrasi peternakan sapi dengan perkebunan singkong yang bisa saling mendukung.
C. Kota Metro sebagai Hub Strategis:
Meskipun relatif kecil, Kota Metro bisa jadi pusat layanan jasa, pendidikan, dan pengolahan produk untuk mendukung daerah agraris di sekitarnya. Positioning ini strategis dan perlu dioptimalkan.
Tapi ada yang harus kita sadari: selama ini kita masih terjebak menjual komoditas mentah. Padahal, nilai tambah terbesar justru ada di produk olahan.
Inilah yang disebut hilirisasi, dan ini kunci kesejahteraan masyarakat.
Strategi Hilirisasi untuk Kesejahteraan Rakyat
Kalau mau serius meningkatkan kesejahteraan, strategi ekonomi harus fokus pada hilirisasi komoditas unggulan dan memperkuat rantai pasok.
Membangun Klaster Industri Pengolahan
Bayangkan kalau kita punya klaster industri tapioka dan modified starch di LamTeng dan LamTim. Atau klaster pengolahan produk turunan kelapa sawit di Mesuji.
Ini bukan cuma menciptakan nilai tambah, tapi juga membuka lapangan kerja baru.
Memberdayakan BUMDes dan Koperasi
Petani dan peternak perlu diberi akses modal dan pelatihan yang memadai. Dengan begitu, mereka bisa mengelola sendiri sebagian proses pengolahan.
Hasilnya? Harga jual tidak lagi sepenuhnya dikontrol tengkulak atau korporasi besar.
Perbaikan Infrastruktur Logistik
Jalan dari sentra produksi ke pelabuhan, misalnya Pelabuhan Panjang, harus diperbaiki dan diperluas. Ini penting untuk kelancaran distribusi ke pasar regional yang lebih luas.
Baca juga:
* Lampung: Potensi Semangka dan Melon yang Belum Tergali Optimal
Siapa Saja yang Harus Turun Tangan?
Pembangunan ekonomi kawasan ini butuh kolaborasi semua pihak. Tidak bisa jalan sendiri-sendiri.
A. Pemerintah Daerah perlu menciptakan regulasi yang mendukung investasi dan menyederhanakan izin usaha untuk industri pengolahan. Anggaran juga harus dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur pertanian dan irigasi yang memang masih banyak kekurangan.
B. Dunia Usaha, terutama korporasi besar, harus komit pada skema kemitraan inti-plasma yang adil. Petani harus mendapat kepastian harga yang stabil dan transparan, bukan dipermainkan.
C. Akademisi punya peran penting dalam penelitian dan pengembangan. Inovasi produk hilir seperti pangan fungsional dari singkong atau jagung perlu terus digalakkan.
D. Masyarakat dan Petani sendiri harus mau berhimpun dalam kelompok tani yang solid dan terbuka terhadap teknologi pertanian modern.
Seorang pengamat ekonomi regional pernah mengatakan bahwa peningkatan daya saing ekonomi kawasan agribisnis harus melalui hilirisasi.
Fokus pada produk akhir akan meningkatkan margin keuntungan dan membuat ekonomi lokal lebih tahan terhadap gejolak harga komoditas global.
Ini bukan sekadar wacana, tapi kebutuhan mendesak.
Belajar dari Kesuksesan Daerah Lain
Kita bisa belajar dari Jawa Timur, khususnya wilayah Malang dan sekitarnya. Mereka berhasil mengembangkan klaster industri pangan olahan berbasis hortikultura (apel, sayur) dan peternakan susu.
Kuncinya ada pada infrastruktur logistik yang matang dan kolaborasi erat antara koperasi peternak, pemda, dan industri pengolahan.
Contoh lain adalah Kalimantan Selatan yang sukses mengembangkan industri hilir kelapa sawit.
Pabrik pengolahan di sana tidak hanya memproduksi CPO mentah, tapi sudah mengolahnya jadi minyak goreng dan oleokimia. Inilah yang dimaksud dengan nilai tambah.
Baca juga:
* Lampung: Dari Lumbung Pangan Menjadi Raja Unggas
Penutup: Saatnya Lampung Bergerak
Dengan sinergi yang tepat dan fokus pada hilirisasi, kawasan lumbung pangan di Lampung bisa menjadi motor penggerak ekonomi baru.
Petani sejahtera, ekonomi tumbuh, dan Lampung makin maju. Bukan cuma mimpi, tapi sangat mungkin diwujudkan kalau semua pihak bergerak bersama.
*Penulis: Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan
‘#LampungMaju #HilirisasiAgribisnis #LumbungPangan #EkonomiKerakyatan #AgribisnisBerkemajuan



