Mahendra Utama, Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh, menulis puisi ini sebagai refleksi atas perjalanan melintasi Selat Sunda—jalur vital yang bukan hanya menghubungkan dua pulau besar, tetapi juga menyatukan harapan, sejarah, dan denyut kehidupan bangsa.
Selamat menikmati
Selat Sunda: Perahu Kertas Negeri
Karya: Mahendra Utama
Di hampar biru, Krakatau berdiri gagah,
Menyemburkan dongeng purba dalam senyap nan megah.
Gunung api eksotis, penjaga samudra lebar,
Puncaknya berkabut, memantulkan cahya mentari pagi nan hangat.
Dari Bakauheni, sang ferry membelah ombak,
Mengangkut harapan, impian, juga beban berat berderap.
Di pelabuhan ia berlabuh, lalu kembali mengarungi,
Membelah selat perkasa yang tak pernah sunyi.
Di tepian Sumatera, Rajabasa tegak memandang,
Mendekap cakrawala dengan sabarnya, tenang.
Pepohonan hijau, lerengnya yang menjulang,
Menjadi latar perjalanan, setia menemani pulang.
ASDP tangan negara yang setia mengayun,
Tulang punggung penghubung, sejak pagi hingga petang membubung.
Dari Jawa ke Sumatera, dari Merak ke Bakauheni,
Mengalirkan denyut nadi, jalin nusantara sepenuh hati.
Di geladak kapal, angin laut berdesir kisah,
Membelai wajah-wajah yang rindu bersua.
Hingga Merak menampak, pelabuhan Banten yang ramai,
Perjalanan usai sudah, namun kenangan abadi teranyam.
Krakatau di kejauhan, saksi bisu yang abadi,
Selat Sunda mengalun, mengukir sejarah tanpa henti.
Di atas kapal ferry, nusantara menyatu,
Dalam debur ombak dan langit yang membiru.
Pelabuhan Bakauheni, 16 September 2024