Suara Indonesia Kembali Bergema di PBB

Eksponen 98, Mahendra Utama bersama Presiden Prabowo Subianto medio Juni 2010.
Eksponen 98, Mahendra Utama bersama Presiden Prabowo Subianto medio Juni 2010. Foto arsip pribadi

Setelah jeda satu dekade, suara Indonesia kembali bergaung lantang di podium Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Presiden Prabowo Subianto, pada Selasa 23 September 2025, tidak hanya mengulang sejarah kehadiran para pendahulunya seperti Soekarno pada 1960, tetapi juga meneruskan tradisi diplomasi keluarganya yang dimulai oleh sang ayah, Prof. Soemitro Djojohadikusumo, yang pada 1947–1949 aktif melakukan diplomasi internasional untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia.

Read More

Pidato perdana Prabowo di forum dunia ini menandai babak baru diplomasi Indonesia yang percaya diri, membawa manfaat nyata bagi bangsa dan dunia.

Bagi Indonesia, pidato ini adalah deklarasi kedaulatan dan kemandirian. Prabowo dengan bangga mengumumkan bahwa Indonesia telah mencapai swasembada pangan dan bahkan siap mengekspor beras, sebuah capaian yang mengonkretkan janji pembangunan.

Prestasi ini, ditambah dengan laporan sukses program makanan gratis bagi 20 juta anak dan ibu, memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang mampu mengelola rumah tangganya sendiri dengan baik.

Kehadiran Indonesia di urutan ketiga pidato, posisi paling bergengsi yang pernah diraih, adalah sebuah kehormatan diplomatik yang mempertegas posisi Indonesia sebagai pemain utama di panggung global. Ini adalah momentum kebangkitan yang membangkitkan kebanggaan nasional.

Bagi dunia, kehadiran Prabowo membawa angin segar solidaritas dan multilateralisme di tengah merosotnya semangat kerja sama global.

Indonesia menawarkan kontribusi nyata, bukan sekadar retorika. Penawaran pengiriman 20.000 pasukan perdamaian untuk misi PBB di Gaza, Ukraina, atau wilayah konflik lainnya, adalah bentuk nyata komitmen Indonesia kepada perdamaian.

Seruan untuk reformasi tata kelola global yang lebih adil serta penegasan dukungan tanpa syarat bagi Solusi Dua Negara untuk Palestina menyuarakan hati nurani dunia yang mendambakan keadilan.

Dari Soemitro yang memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia di panggung internasional, Soekarno yang berpidato di PBB pada 30 September 1960 dengan seruan “To Build the World Anew”, hingga Prabowo yang menawarkan solusi atas persoalan kekinian, semangatnya sama: Indonesia hadir untuk berkontribusi bagi perdamaian dan keadilan dunia.

Pidato Prabowo adalah pengingat bahwa semangat Bandung dan solidaritas Global South masih relevan untuk menjawab tantangan dunia abad ke-21.

Ini adalah warisan diplomatis yang berharga, bukan hanya untuk Indonesia, tetapi untuk seluruh masyarakat internasional yang mendambakan tatanan dunia yang lebih setara.

Penulis : Mahendra Utama, Eksponen 98

#DiplomasiIndonesia #PrabowoDiPBB #SuaraGlobalSouth #PerdamaianDunia #Eksponen98

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *