Menjaga Surplus Perdagangan Indonesia–Jepang

Menjaga Surplus Perdagangan Indonesia–Jepang - Mahendra Utama
Mahendra Utama (kanan) saat menerima tamu dari Life Food Corp Jepang. (Foto arsip PT MDT)

Oleh Mahendra Utama

Di tengah dinamika geopolitik dan perlambatan ekonomi global, hubungan perdagangan Indonesia–Jepang justru menunjukkan tren positif bagi Indonesia.

Read More

Meskipun terjadi fluktuasi ekspor dan impor, data resmi dari Kementerian Perdagangan RI dan Bank Indonesia mencatat bahwa Indonesia masih mencetak surplus perdagangan terhadap Jepang hingga pertengahan 2025, memperpanjang tren positif yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.

Ekspor non-migas Indonesia ke Jepang pada Januari–April 2025 tercatat sebesar USD 4,68 miliar, sementara impor non-migas dari Jepang sebesar USD 5,04 miliar.

Secara total, neraca perdagangan nasional Indonesia pada Mei 2025 menunjukkan surplus sebesar USD 4,30 miliar, yang didorong oleh surplus non-migas sebesar USD 5,83 miliar (sumber: Bank Indonesia & Kemendag RI).

Ini bukan sekadar angka yang membanggakan. Di balik capaian tersebut tersembunyi dinamika penting tentang daya saing ekspor nasional, transformasi industri berbasis sumber daya alam, dan relasi diplomatik yang semakin matang.

Pilar Surplus: Energi dan Mineral

Kunci utama dari surplus perdagangan Indonesia terhadap Jepang terletak pada struktur ekspor yang kuat, khususnya pada sektor energi dan mineral. Komoditas seperti batubara termal, nikel mentah, dan gas alam cair (LNG) masih menjadi andalan ekspor Indonesia ke Jepang.

Di tengah upaya Jepang melakukan transisi energi pasca-Fukushima dan menghadapi krisis energi global, Indonesia tampil sebagai mitra strategis yang memasok kebutuhan energi secara konsisten.

Selain energi, produk kelautan, karet alam, dan minyak sawit mentah (CPO) juga turut memperkuat posisi dagang Indonesia. Bahkan, produk pertanian tropis seperti kopi, rempah-rempah, dan buah tropis semakin diminati pasar Jepang yang mulai terbuka terhadap produk berlabel exotic origin.

Jepang: Pasar Tradisional, Tantangan Baru

Jepang sejatinya bukan pasar baru bagi Indonesia. Sejak era Orde Baru, hubungan dagang kedua negara telah terjalin kuat.

Namun, tantangan kini lebih kompleks. Jepang mengalami krisis demografi, penurunan konsumsi domestik, serta standar dekarbonisasi industri yang semakin ketat.

Artinya, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan ekspor bahan mentah semata. Jika ingin menjaga bahkan memperluas surplus perdagangan ini, Indonesia perlu menaikkan kelas produk ekspor.

Hilirisasi industri mineral, pengolahan makanan laut modern, serta ekspor berbasis manufaktur dan teknologi perlu lebih digenjot.

Jepang adalah pasar yang sensitif terhadap kualitas, konsistensi, dan narasi produk — termasuk dari aspek keberlanjutan dan traceability.

Diplomasi Ekonomi yang Cerdas

Penting pula dicatat bahwa surplus ini bukan semata hasil kerja pasar, melainkan buah dari diplomasi ekonomi yang proaktif.

Sejumlah perjanjian bilateral, termasuk kerja sama di bidang transisi energi, industri kendaraan listrik, dan proyek-proyek infrastruktur strategis, ikut membuka jalur perdagangan yang saling menguntungkan.

Namun, diplomasi tidak boleh berhenti di ruang perundingan. Perlu ada sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri besar, serta UMKM eksportir agar peluang ini bisa dirasakan lebih merata.

Di sinilah tantangan sekaligus kesempatan: mengubah surplus perdagangan menjadi surplus kesejahteraan.

Baca juga:
* Karya Anak PTPN Group Mendunia

Menatap ke Depan

Surplus perdagangan terhadap Jepang adalah kabar baik. Tapi ke depan, tantangannya adalah menjaga keberlanjutannya. Dunia sedang berubah. Jepang pun demikian. Maka strategi dagang Indonesia juga harus terus adaptif.

Ekspor berbasis nilai tambah, keberlanjutan lingkungan, dan keterlacakan produk (traceability) adalah keharusan. Kita tidak cukup hanya menjual apa yang kita miliki.

Kita harus mulai menjual apa yang dunia butuhkan — dan menjualnya dengan cara yang bijak, berkelanjutan, dan bermartabat.

“Surplus perdagangan adalah pintu. Kesejahteraan rakyat adalah tujuannya.”


Mahendra Utama
Komisaris Utama PT DMKB

Sumber Data:
– Kementerian Perdagangan RI. (Juni 2025). Promosi Ekspor ke Jepang.
– Bank Indonesia. (Juli 2025). Berita Resmi Statistik Neraca Perdagangan Nasional.

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *