Di pinggir kota Helvetia, sebuah transformasi diam-diam tapi menggema sedang berlangsung.
Lahan kebun kelapa sawit milik PTPN yang selama puluhan tahun membisu, kini dihidupkan kembali melalui kolaborasi strategis dengan Citraland — sebuah sinergi antara hunian elite dan pasar rakyat.
Pada hakikatnya, optimalisasi aset bukan sekadar soal mengubah fungsi lahan menjadi bangunan indah.
Ini soal membangun jembatan kesejahteraan: ketika warga elite menikmati kenyamanan properti modern, pedagang kecil mendapat ruang bernapas — lapak kuliner, kios kreatif, pasar malam.
Di Helvetia, senja tak lagi suram, melainkan menjadi momen keramahan arus hidup: suara aktivitas, tawa, derap langkah.
Tentu, harmonisasi ini tidak bebas tantangan: kemacetan, sampah, konflik ruang publik.
Namun, seperti napas pagi, tiap kendala menyimpan kesempatan untuk berbenah. Kepala Desa menyadari: kunci bukan melarang, melainkan mengatur dan mengedukasi.
Agar pedagang tidak sekadar hadir, tapi tertata — saling menjaga infrastruktur dan estetika lingkungan.
Baca juga:
* Bandar Lampung dan Palembang: Dua Kota, Satu Arah Masa Depan Sumatera
Model Helvetia seolah berkata: pembangunan sejati bukan monopoli estetika, tapi demokrasi ruang.
Elite dan rakyat kecil bukan musuh, melainkan dua sisi wajah kemajuan yang menyatu.
Ketika hunian mewah memantik gerai kaki lima di bibirnya, saat itu wajah kota berubah dari sekadar konsumsi menjadi komunitas produktif.
Mahendra Utama
Pemerhati Pembangunan
#Helvetia #HarmoniRuangPublik #InklusiEkonomi #KotaBerdaya SumateraUtaraMaju