Lampung berada di persimpangan strategis jalur perdagangan dan penyeberangan antar pulau.
Jika dikelola dengan visi dan komitmen kuat, Lampung bisa menjelma menjadi gerbang maritim andalan di Sumatera, menyaingi kinerja pelabuhan internasional seperti Penang di Malaysia.
Untuk itu, peran pemimpin daerah sangatlah penting — sarana tetap harus dibangun, regulasi diperkuat, dan sinergi berbagai pihak dijalin erat.
Salah satu data yang tidak bisa diabaikan: nilai ekspor Lampung sepanjang Januari–Juli 2025 mencapai US$ 3,60 miliar, melonjak lebih dari 32 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Bila sekitar 5-10% dari nilai itu digunakan untuk jasa pelabuhan, logistik, dan distribusi, uang beredar langsung bisa berada di kisaran Rp 2-5 triliun per tahun.
Belum menghitung efek domino ke UMKM, transportasi, tenaga kerja, dan sektor pendukung lainnya, yang bisa melipatgandakan nilai tersebut.
Dalam hal upaya nyata, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal telah menyuarakan pembangunan pelabuhan baru di Lampung Timur untuk memperkuat jalur perdagangan dan mendistribusikan beban dari Pelabuhan Panjang.
Ia mendorong agar pelabuhan-pelabuhan di Lampung tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar bahan mentah, tetapi menjadi pusat produksi dan distribusi dengan kepaduan antar moda transportasi, fasilitas pendukung, dan kebijakan insentif.
Kutipan dari Pakar & Pejabat
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Evie Fatmawaty:
“Peningkatan peran Pelabuhan Panjang sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan efisiensi logistik dan daya saing produk lokal.”
Penelitian Adi Rachmadi dalam Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota (2016):
“Pelabuhan Panjang berpotensi memenuhi standar internasional, tetapi butuh penambahan fasilitas penunjang dan integrasi moda transportasi darat.”
Apindo Lampung:
“Optimalisasi Pelabuhan Panjang butuh sinergi semua pihak. Jika perannya maksimal, dampaknya akan positif bagi ekonomi daerah dan nasional.”
Pemprov Lampung dan Pelindo (2025):
“Dengan percepatan proyek jalan tol Lematang–Panjang, Pelabuhan Panjang diharapkan menjadi andalan kawasan Sumatera Bagian Selatan.”
Kesimpulan
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa pemangku kebijakan dan pakar maritim sudah melihat bahwa Lampung punya modal besar.
Yang dibutuhkan sekarang adalah penerjemahan visi menjadi aksi nyata: pembangunan fasilitas pendukung, regulasi yang mendukung, integrasi moda transportasi, dan penguatan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, perusahaan pelabuhan, dan pelaku usaha.
Jika semua elemen ini berjalan, uang beredar dari aktivitas pelabuhan dan dermaga di Lampung tidak hanya menjadi angka di atas kertas — melainkan nyata dirasakan oleh masyarakat lewat lapangan kerja, harga barang lebih stabil, dan pertumbuhan ekonomi lokal yang inklusif.
Pesan Inspiratif
Sebagai putra daerah, saya ingin menutup dengan falsafah Lampung: “Nemui Nyimah” — sebuah ajaran untuk membuka diri, menyambut dengan ramah, dan memberi manfaat bagi sesama.
Begitu pula pelabuhan-pelabuhan Lampung: jangan hanya berdiri sebagai gerbang keluar-masuk barang, tetapi juga menjadi pintu kebaikan, yang menghadirkan rezeki, peluang, dan masa depan lebih cerah bagi rakyat Lampung.
Inilah saatnya kita wujudkan Lampung bukan sekadar jalur singgah, melainkan gerbang utama kejayaan maritim Indonesia.
Baca juga:
* Membuka Pintu Dunia: Saat Pemerintah Memperbanyak Bandara Internasional
—
*Mahendra Utama – Pemerhati Pembangunan
Sumber Data Resmi:
- Badan Pusat Statistik Lampung (lampung.bps.go.id)
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung (FGD Pelabuhan Panjang)
- Adi Rachmadi, Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota (2016)
- Apindo Lampung (sinarindonesia)
- Pemprov Lampung & Pelindo (kupastuntas, 2025)
#LampungMaritim #PelabuhanPanjang #RahmatMirzaniDjausal #EkonomiLampung #GerbangSumatera #LogistikNasional #EkonomiBiru