Sebelum saya mendeskripsikan hubungan historis Bandarlampung dengan Palembang ada disclaimer yang harus disampaikan terlebih dahulu agar tidak menjadi debat berkepanjangan.
Disclaimer saya adalah tulisan ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang dapat diakses penulis. Kemungkinan terdapat ketidakakuratan data historis karena keterbatasan referensi.
Namun, esensi artikel ini adalah mengangkat ikatan persaudaraan historis antara Bandar Lampung dan Palembang yang telah terjalin sejak masa lampau, jauh sebelum negara Indonesia terbentuk.
Ini adalah bagian dari kisah nyata peradaban di Sumatera bagian selatan yang perlu kita kenang bersama.
Akar Persaudaraan yang Terlupakan
Ketika kita berbicara tentang Bandar Lampung dan Palembang hari ini, mungkin yang terlintas adalah dua ibu kota provinsi yang berbeda.
Tapi tahukah Anda bahwa kedua kota ini punya ikatan sejarah yang begitu erat? Jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sebelum kata “provinsi” dikenal, wilayah-wilayah ini sudah saling terhubung dalam perjalanan panjang peradaban Sumatera Selatan.
Lampung, tepatnya kawasan yang kini kita kenal sebagai Bandar Lampung, dulunya adalah penyatuan dua daerah: Tanjungkarang dan Telukbetung.
Catatan sejarah menyebutkan, pada 17 Juni 1682, Telukbetung sudah menjadi pusat kekuasaan seorang Dipati.
Di masa yang hampir bersamaan, Kesultanan Palembang Darussalam telah berdiri kokoh sejak 1659 sebagai kekuatan politik yang disegani.
Meski terpisah secara geografis, keduanya berada dalam satu lingkaran pengaruh budaya dan politik yang sama sebuah bukti bahwa persaudaraan mereka bukan sekadar cerita, melainkan realitas sejarah.
Rel Kereta yang Menyatukan
Hubungan kedua wilayah ini semakin nyata saat kolonial Belanda mulai menancapkan kuku kekuasaannya.
Setelah menundukkan perlawanan rakyat Lampung termasuk yang dipimpin oleh pahlawan legendaris Radin Inten II, Belanda membangun berbagai infrastruktur untuk mengeruk kekayaan bumi.
Salah satu pencapaian penting adalah pembangunan jalur kereta api dari Telukbetung ke Palembang pada 1913.
Tujuan utamanya memang untuk mengangkut hasil perkebunan, tapi tanpa disadari, rel-rel besi itu juga menjadi simbol persatuan fisik antara Bandar Lampung dan Palembang.
Perjalanan yang dulunya memakan waktu berhari-hari kini bisa ditempuh dalam hitungan jam. Orang, barang, dan gagasan mengalir lebih mudah. Ekonomi tumbuh, hubungan sosial menguat.
Satu Atap di Bawah Sumatera Selatan
Pasca kemerdekaan Indonesia, ikatan administratif keduanya semakin terang benderang. Sebelum tahun 1964, Lampung masih berstatus sebagai Keresidenan yang berada di bawah naungan Provinsi Sumatera Selatan.
Artinya, secara resmi, Palembang adalah “kakak” yang memimpin Lampung dalam struktur pemerintahan.
Tapi sejarah punya rencana lain. Pada 18 Maret 1964, melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964, Keresidenan Lampung resmi ditingkatkan statusnya menjadi Provinsi Lampung.
Tanjungkarang-Telukbetung (yang kemudian berganti nama menjadi Bandar Lampung) ditetapkan sebagai ibu kota provinsi yang baru lahir ini.
Pemisahan ini bukan berarti perpisahan. Justru, ini adalah awal dari hubungan yang lebih matang dari hubungan atasan-bawahan menjadi dua saudara yang berdiri sejajar, saling menghormati, dan terus berjalan beriringan membangun Sumatera.
Jembatan Baru untuk Masa Depan
Kalau dulu kereta api menjadi penghubung, kini infrastruktur baru hadir sebagai wujud nyata komitmen pembangunan.
Di era kepemimpinan Presiden Jokowi, Jalan Tol Trans Sumatera dibangun dengan semangat yang sama: menyatukan, mempercepat, dan meningkatkan kesejahteraan.
Tol yang membentang dari Lampung hingga Palembang bukan sekadar jalan aspal dan jembatan beton. Ini adalah simbol keberlanjutan ikatan historis kedua wilayah. Akses yang lebih cepat berarti peluang ekonomi yang lebih luas.
Pedagang di Bandar Lampung bisa menjangkau pasar Palembang dengan lebih efisien. Wisatawan dari Palembang bisa lebih mudah menikmati keindahan alam Lampung.
Kolaborasi ekonomi, sosial, dan budaya kini punya panggung yang lebih besar.
Saya berharap, dengan adanya infrastruktur modern ini, hubungan harmonis antara Bandar Lampung dan Palembang semakin menguat. Bukan hanya dalam angka pertumbuhan ekonomi, tapi juga dalam semangat gotong royong dan persaudaraan yang sejati.
Ekonomi masyarakat di kawasan Sumatera bagian selatan harus terus tumbuh, merata, dan berkelanjutan demi anak cucu kita yang akan mewarisi tanah ini.
Baca juga:
* Bandar Lampung dan Palembang: Dua Kota, Satu Arah Masa Depan Sumatera
Menatap Masa Depan dengan Belajar dari Masa Lalu
Kisah Bandar Lampung dan Palembang mengajarkan kita bahwa pembangunan bukan hanya soal gedung dan jalan, tapi juga tentang memahami akar sejarah dan menjaga ikatan yang telah terjalin sejak lama.
Kedua kota ini adalah saudara dalam perjalanan panjang peradaban Sumatera Selatan sebuah persaudaraan yang lahir jauh sebelum negara ini bernama Indonesia.
Mari kita jaga hubungan ini. Mari kita terus membangun bersama, tidak hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Sumatera Selatan.
*Mahendra Utama, Pemerhati Pembangunan
#BandarLampung #Palembang #Lampung #SumateraSelatan #RahmatMirzaniDjausal #HermanDeru