Meningkatkan pemahaman petani tentang pengelolaan hama dan penyakit tanaman dengan tetap menjaga keseimbangan alam menjadi fokus utama pelatihan yang digelar oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Selasa-Rabu (21-22 Januari 2025), di Dusun Pujo Makmur, Desa Banjaran.
Pelatihan ini menghadirkan Joko Pitoyo, seorang praktisi pertanian organik pada agroforestri, yang berbagi wawasan mengenai metode alami dalam menjaga produktivitas tanaman tanpa merusak ekosistem.
Sedangkan peserta pelatihan berasal dari Gapoktanhut Pujo Makmur, Gapoktanhut Serumpun aya, Gapoktanhut Alam Pala Lestari, Gapoktanhut Ranting Jaya, Gapoktanhut Catur Manunggal Jaya, dan KTH Sumber Rezeki.
Dalam sesi pelatihan, Joko Pitoyo menyoroti bahaya penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Menurutnya, dampak negatif dari pupuk kimia tidak hanya merusak tanaman, tetapi juga tanah dan manusia.
“Efek samping dari pemberian pupuk kimia bukan hanya merusak tanaman, tetapi juga memengaruhi kesehatan tanah dan manusia yang mengonsumsi hasil tanamnya,” ujar Joko.
Ia menambahkan bahwa perhatian terhadap kesehatan tanah sering kali diabaikan oleh petani.
“Kita sering sibuk memikirkan bagaimana memberi makan tanaman, tetapi lupa memikirkan kesehatan tanahnya. Tanah yang sehat adalah fondasi utama bagi tanaman yang kuat dan produktif,” katanya.
Pentingnya Penggunaan Pupuk Organik

Salah satu solusi yang ditawarkan Joko adalah penggunaan pupuk organik, seperti kompos. Menurutnya, kompos menyediakan semua unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil tetapi sangat penting.
“Semua unsur yang dibutuhkan tanaman sudah lengkap di kompos. Tinggal bagaimana kita mengolahnya menjadi pupuk organik yang berkualitas. Dengan pupuk organik, dampaknya bisa meluas karena mikroorganisme bekerja untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa penggunaan pupuk organik membantu menghidupkan kembali mikroorganisme di dalam tanah.
“Kompos bisa dibuat dari kotoran hewan, dedaunan, dedak, dan bahan organik lainnya. Tanah yang subur berfungsi sebagai konduktor listrik yang baik, sehingga patogen yang merusak tanaman enggan berkembang,” tambah Joko.
Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Selain membahas pentingnya pupuk organik, Joko juga menekankan perlunya menjaga keseimbangan ekosistem.
“Tuhan menciptakan semuanya berpasangan dan seimbang, ada rantai makanan di dalamnya. Ketika muncul endemik patogen, itu pertanda ada sesuatu yang tidak seimbang. Misalnya, jika kucing dibunuh, tikus akan berkembang biak tanpa kendali dan menjadi hama. Rantai yang terputus inilah yang harus diperbaiki,” paparnya.
Ia juga memberikan contoh bagaimana musuh alami hama dapat dimanfaatkan.
“Misalnya, ulat memiliki musuh alami berupa jamur Beauveria bassiana. Ketika ulat mati karena jamur ini, tubuhnya akan menggantung dan diselimuti jamur. Jamur tersebut bisa kita kumpulkan, dikultur, dan dikembangkan. Setelah itu, kita semprotkan kembali ke tanaman untuk melawan hama secara alami,” jelasnya.
Untuk memberikan motivasi tambahan kepada peserta, Joko juga memaparkan kisah sukses petani hutan di Pesawaran.
“Saya melihat petani hutan di Pesawaran yang dibimbing oleh KPH Pesawaran dari Dinas Kehutanan Lampung sangat antusias. Banyak dari mereka sudah meninggalkan pupuk kimia dan beralih ke metode organik,” ungkapnya.
“Mereka tidak hanya diajari teknologinya, tetapi juga diingatkan tentang tanggung jawab mereka sebagai pewaris hutan untuk generasi mendatang,” lanjutnya.
Kisah Sukses Petani Lokal
Pelatihan ini tidak hanya memberikan teori, tetapi juga menginspirasi peserta dengan pengalaman nyata dari petani lokal.
Parjo, salah satu peserta pelatihan, sangat mendukung upaya menjaga keseimbangan alam yang disampaikan dalam pelatihan. Parjo, yang merupakan warga Desa Maja, Kecamatan Marga Punduh, dan anggota KTH Rejo Jaya I, Hkm Catur Manunggal Jaya, telah mempraktikkan pembuatan pupuk organik selama lebih dari satu tahun.
“Alhamdulillah sudah satu tahun ini saya memproduksi pupuk organik yang menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kami,” ungkap Parjo.
Ia menjelaskan bahwa pupuknya menggunakan multi mikroba yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Teknologi ini juga berfungsi memperbaiki ekologi tanah secara menyeluruh.
Parjo mengungkapkan bahwa pupuk organik buatannya telah mendapat pengakuan dari para petani hutan.
“Kelompok-kelompok tani hutan lain sudah banyak memakai pupuk organik yang saya buat. Para petani mengakui bahwa pupuk ini sangat bagus untuk tanaman hortikultura dan agroforestri. Terima kasih Pak Joko Pitoyo dan Dinas Kehutanan atas dukungan dan bimbingannya,” tuturnya.
Apresiasi dari Kepala Dinas Kehutanan
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah, turut mengapresiasi seluruh pihak yang berkontribusi dalam kegiatan ini.
“Program ini merupakan implementasi dari Rencana kerja Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 sub nasional Lampung yang dijalankan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pesawaran,” terang Yanyan.
“Juga merupakan implementasi dari Integrated Area Development (IAD) Kabupaten Pesawaran, yang menjadi salah satu strategi untuk mempercepat pengembangan usaha perhutanan sosial,” imbuhnya.
Ia menekankan bahwa penerapan agroforestri yang didukung pupuk organik, seperti yang diajarkan dalam pelatihan ini, memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan.
“Melalui agroforestri, kita bisa meningkatkan produktivitas hasil tanam, sekaligus memastikan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 28 Tahun 2023,” tegasnya.
Menurut Yanyan, pelatihan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberdayakan petani hutan untuk memahami pentingnya ekosistem yang seimbang.
“Kami berharap para petani hutan terus berkomitmen menjaga kelestarian alam sambil meningkatkan produktivitas hasil tanam mereka,” pungkasnya