Stigma negatif yang melekat di Provinsi Lampung sebagai “negeri para pembegal” kini mulai reda, terutama terlihat pada peningkatan jumlah wisatawan yang memilih Tanah Lado sebagai destinasi liburan.
Pada akhir pekan dan musim liburan, jalanan protokol serta area parkir hotel dipenuhi kendaraan dengan plat nomor luar Lampung, seperti BG, B, dan sebagainya. Fenomena ini menjadi indikator positif bahwa Lampung berhasil mengatasi stigma yang selama ini melekat.
Hendra Nasution, seorang wisatawan asal Sumatera Selatan, menyatakan bahwa momen liburan selalu dinantikannya untuk berkunjung ke Lampung. Menurutnya, aksesibilitas Lampung dari Sumatera Selatan sangat mudah dan cepat, hanya butuh 4 jam perjalanan lewat jalan tol.
“Kami tidak memperdulikan stigma ‘begal’ yang berkembang di kalangan publik. Kami justru menemukan bahwa warganya ramah dan akrab,” ujar Hendra dengan tegas di Pantai Sari Ringgung.
“Nggak ada itu takut main ke Lampung. Warganya malah ramah dan akrab,” Hendra menegaskan dengan dialek khas Sumatera Selatan.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Alfi Widya Kusuma, seorang warga Kalimantan yang sudah enam tahun tinggal di Lampung.
Menurutnya, citra menyeramkan tentang Lampung hanya dipersepsikan oleh orang-orang yang melihat dari luar.
“Lampung tidak semenakutkan yang orang-orang kira. menurut aku gak semenyeramkan itu. So far di sini baik-baik aja,” tambah Alfi.
Bahkan Alfi mengakui bahwak Lampung enak untuk ditinggali.
“Ternyata gak seperti kata orang-orang yang keras banget gitu juga enggak,” tutupnya.
Kesan buruk terkait image “begal” ini juga dibantah oleh Kapolda Lampung, Inspektur Jenderal Helmy Santika.
Helmy menegaskan bahwa Lampung kini menjadi tujuan wisata, yang menunjukkan bahwa upaya kepolisian dalam menjaga keamanan telah berhasil.
“Saat ini, kita melihat Lampung bukan lagi sebagai daerah rawan begal. Faktanya, Lampung kini jadi tujuan wisata,” kata Helmy.
Meski begitu, Helmy juga mengakui bahwa upaya menjaga keamanan tidak cukup hanya dilakukan oleh kepolisian.
Beberapa jalan tanpa lampu penerangan dan rusak menjadi faktor yang tidak bisa diatasi sepenuhnya oleh kepolisian.
Baca juga:
* Lampung Lampaui Target Kunjungan Wisatawan Nusantara 2023
Oleh karena itu, Helmy menekankan pentingnya kerjasama dari masyarakat dan pihak terkait dalam menjaga keamanan di Lampung.
“Jadi tentu saja, kita butuh bekerja sama. Tidak bisa hanya mengandalkan kepolisian. Kita (kepolisian) tidak punya kewenangan memperbaiki jalan rusak atau memasang lampu,” katanya.