Kolaborasi Multi-Pihak untuk Selamatkan Terumbu Karang Pahawang

Kolaborasi Multi-Pihak untuk Selamatkan Terumbu Karang Pahawang - Jelarangan - Novriadi Ismail Dosen Biologi Itera
Novriadi Ismail, dosen Biologi Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang juga penyelam divemaster dengan spesialisasi Coral Restoration Diver. (Foto: Yopie Pangkey)

Laut tenang dengan air jernih bergradasi biru kehijauan membentang di sekitar Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Gugusan terumbu karang yang dulu menjadi daya tarik utama wisatawan kini mengalami degradasi.

Namun, upaya pemulihan mulai bergerak melalui kolaborasi multi-pihak yang menggabungkan peran akademisi, masyarakat, dan lembaga konservasi.

Read More

Salah satu aktor utama dalam inisiatif ini adalah Novriadi Ismail, dosen Biologi dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang juga merupakan seorang penyelam divemaster dengan spesialisasi Coral Restoration Diver.

Ia bersama masyarakat Dusun Jelarangan, Desa Pulau Pahawang, berupaya mengembalikan kejayaan ekosistem bawah laut yang rusak akibat berbagai faktor, termasuk aktivitas wisata yang tidak terkontrol.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Konservasi

kelompok konservasi Jelarangan Pulau Pahawang - @seawalker_bumdespahawang
Salah satu kegiatan kelompok konservasi Pulau Pahawang. (Foto; Instagram @seawalker_bumdespahawang)

Upaya konservasi ini tidak hanya dilakukan oleh akademisi, tetapi juga melibatkan masyarakat setempat. Novriadi mendampingi warga dengan membentuk kelompok edukasi dan konservasi berbasis komunitas.

Melalui sosialisasi dan pendekatan langsung, masyarakat Dusun Jelarangan mulai memahami pentingnya menjaga ekosistem laut. Bahkan, mereka tergerak untuk ikut serta dalam aksi nyata pemulihan terumbu karang.

“Kami melihat kondisi bawah laut yang semakin memburuk. Dulunya, spot snorkeling di sini sangat indah, tetapi sekarang banyak terumbu yang rusak. Kami ingin mengembalikan kondisi tersebut,” ujar Novriadi di Bandarlampung, Minggu (2/2/2025) pagi.

Sebagai bentuk legalitas dan dukungan dari pemerintah desa, kelompok konservasi ini telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kepala Desa Pahawang. Dengan demikian, upaya yang dilakukan semakin terstruktur dan berkelanjutan.

Restorasi Terumbu Karang: Tantangan dan Inovasi

kelompok konservasi Jelarangan Pulau Pahawang - @seawalker_bumdespahawang 2
(Foto: IG @seawalker_bumdespahawang)

Salah satu aktivitas utama kelompok ini adalah melakukan transplantasi terumbu karang di lokasi yang mengalami degradasi. Namun, tantangan terbesar dalam upaya ini adalah luasnya area yang rusak, sementara sumber daya yang tersedia masih terbatas. Sebelumnya, sebagian besar pendanaan berasal dari swadaya masyarakat dan donasi kecil-kecilan.

Untuk mengatasi kendala ini, mereka mencoba melibatkan masyarakat umum melalui skema wisata berbasis konservasi. Wisatawan yang ingin menikmati keindahan bawah laut Pahawang diajak untuk ikut serta dalam upaya penyelamatan terumbu karang dengan sistem ticketing dan donasi.

Hingga saat ini, kalangan penyelam lebih mudah tergerak untuk berdonasi karena mereka melihat langsung kondisi bawah laut. Namun, untuk wisatawan umum, partisipasi masih menjadi tantangan.

Sebagai solusi inovatif, muncul gagasan pengadaan sea walker, sebuah alat yang memungkinkan wisatawan non-penyelam untuk melihat langsung kondisi bawah laut tanpa harus memiliki keterampilan menyelam.

Sebagian hasil dari wisata ini akan digunakan untuk pendanaan konservasi, di mana sekitar sepertiga keuntungan dialokasikan untuk pemulihan ekosistem.

Dukungan Akademisi dan Lembaga Konservasi

Selain masyarakat, keterlibatan akademisi menjadi elemen kunci dalam konservasi ini. Sebagai seorang akademisi, Novriadi menekankan pentingnya penelitian, monitoring, dan evaluasi dalam setiap langkah restorasi.

Ia juga melibatkan mahasiswa dalam program pendidikan dan penelitian guna memastikan upaya konservasi berbasis ilmiah.

Lebih jauh, kolaborasi diperkuat dengan kehadiran Blue Corner Marine Research, sebuah lembaga riset dan konservasi berbasis di Bali. Lembaga ini tidak hanya mendukung dari sisi penelitian, tetapi juga berbagi standar konservasi yang telah diterapkan di berbagai wilayah lainnya.

Kolaborasi dengan praktisi dari luar daerah ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan efektivitas program pemulihan terumbu karang di Pahawang.

Keanekaragaman Hayati dan Ancaman yang Mengintai

Dusun Jelarangan dikenal sebagai wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di Pahawang. Berbagai mahluk hidup laut dari berbagai famili, termasuk krustasea, moluska, hingga cacing laut, hidup di perairan ini.

Faktor geografis yang berhadapan langsung dengan Pulau Legundi dan bersebelahan dengan Sumatera menjadikan wilayah ini kaya akan suplai larva dan nutrien.

Namun, kondisi kesehatan ekosistem justru berada dalam kondisi paling kritis. Selain kerusakan akibat aktivitas manusia, sampah juga menjadi ancaman besar yang harus diatasi. Tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berdampak pada wisata dan kenyamanan pengunjung.

Masa Depan Konservasi di Pahawang

Kolaborasi multi-pihak yang melibatkan akademisi, masyarakat, dan lembaga konservasi menjadi harapan baru bagi ekosistem bawah laut Pahawang. Dengan pendekatan berbasis edukasi, riset, dan partisipasi wisatawan, upaya ini diharapkan mampu menciptakan konservasi berkelanjutan.

Baca juga:
* Infrastruktur yang Baik: Jembatan Menuju Masa Depan

“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Konservasi ini membutuhkan dukungan dari banyak pihak, termasuk wisatawan yang datang ke sini. Dengan keterlibatan semua pihak, kami yakin terumbu karang Pahawang bisa kembali pulih,” Novriadi berharap.

Menurut Novriadi, upaya pemulihan ini bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi juga tentang masa depan ekowisata yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.

“Pulau Pahawang tidak hanya bisa kembali menjadi surga bagi penyelam, tetapi juga bisa menjadi contoh sukses bagaimana konservasi dapat berjalan berdampingan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.” pungkas Novriadi.

---

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *